Selasa, 09 Desember 2014

MENAHAN DIRI

Kemarin, ketika puasa asyura 10 Muharram, cuaca begitu panas di Yogya. Belum lagi dhuhur, panas matahari sudah 'ngenthang-ngenthang'.
Saat mengambilkan air minum untuk tetangga yang kumintai tolong setrika, segelas air putih dengan beberapa butir es batu tampak begitu menggoda, perasaan yang tak pernah terlintas di saat menjalani puasa Romadhon selama sebulan.
Ketika saat buka kuceritakan hal itu pada suamiku. "koyo cah cilik wae budhe" komentar suamiku. Bener juga sih.
Malam masih terpikirkan, segelas air putih dengan butiran es batu di hari yang sangat panas, di depan orang yang puasa(artinya diniati untuk tidak makan dan minum) begitu menggoda, marai pengin. Bagaimanalah lagi perasaan orang yang tidak punya uang, sangat butuh uang, ketika melihat orang orang kaya menghambur-hamburkan kekayaan, dan
memamerkan gaya hidupnya? Tentu bayangan itu akan sangat menyakitkan jika berbenturan dengan kemampuan ekonomi yang tak kunjung beranjak.
Mungkin itulah sebabnya kenapa Allah lewat RasulNya bukan hanya mengajarkan kedermawanan, melarang sifat bakhil tetapi juga memerintahkan untuk menahan hawa nafsu, melarang kemubadziran dan bersikap boros. Agar tidak menyakiti perasaan orang yang tidak berpunya, serta memudahkan mereka untuk bersabar dengan keadaan mereka.
Dermawan dan menahan diri dari orang-orang berpunya akan menetramkan hati orang -orang yang tak berpunya, dan ketentramanpun akan tercipta.
Wallahu a'lam.

PUISI SAAT PAKDE PERGI HAJI

Membersamaimu dalam doa adalah sesuatu yang bisa kulakukan untuk menolongmu saat tak ada diriku disisimu
Yakin engkaupun melakukan yang sama untukku
Karena apa yang kaulakukan dan apa yang kulakukan di sini adalah apa yang kita sepakati untuk kita kerjakan.
"Ini pembagian peran saja insya Allah dirimu dapat pahala yang sama karena kerelaan dan dukunganmu selama ini"
Dan aku berharap demikianlah adanya


Di batas sunyi
Mencoba mencari senyummu
Di baris-baris yang telah tertulis
Rasa itu datang melalui kejapan mata
Tatkala kita menata potongan mimpi
Menjadi gambar yang mewujud nyata
Indah....
Saat kita bisa meletakkan asa bukan pada kuasa kita
Saat kita menyadari hidup bukan sebatas pandangan mata
Bawakan untukku sebait doa
Untuk kebahagiaan kita
Di sana....



Mungkin diriku cuman lelah karena tak ada dirimu di sini
Meski kutahu kau tak pernah suka aku berkata seperti itu
Kepala boleh saling bersandar
Hati jangan saling bersandar
Begitu dirimu sering mengingatkanku
Kita saling menguatkan tetapi tidak saling bergantung
Cinta ini memang bukan cinta sederhana
Saat kita jaga untuk tetap sujud padaNya....



Gelaran hari tanpamu menyadarkanku akan sebuah tujuan
Tujuan yang menghibur hati dari sebuah kehilangan
Menghindarkan diri dari kekosongan
Hidup memang bukan sekedar bersama
Tujuan kitalah yang menjadikan kebersamaan ini bermakna
Saat keridhaan Allah menjadi tujuan
Dimanapun kita, sendiri atau bersama, harusnya tidaklah beda
Semoga Allah menerima amal kita, menjadikan kita berdua dan orang-orang yang membersamai kita dalam keridhaanNya

CERITA DARI PANTI 6

Sebuah sms masuk dari salah seorang anak penghuni panti asuhan yang biasa kukujungi.
"Ibu saya ingin keluar dari panti".
"Ada apa, apa yang terjadi?"
"Tidak tahu ni bu, sudah tidak kerasan saja".
Sampai di sini sms tidak kubalas, jika dia menceritakan duduk persoalannya maka kuusahakan untuk bisa menemaninya, tapi ketika jawabannya menunjukkan kegalauan saja maka biar dia bisa berpikir dulu, biar belajar untuk memahami persoalan dirinya sendiri. Untuk masalah penting seperti itu mestinya bukan berdasarkan kegalauan. Itu yang hendak kusampaikan dengan tidak kujawab smsnya.
Panti Asuhan di mana aku sering kesana bukanlah panti asuhan sebagaimana yang dikesankan di cerita-cerita, mereka semua masih punya orangtua meski tidak lengkap, pagi mereka sekolah biasa, selebihnya mereka dididik dengan pendidikan agama. Ada ustadz pengasuhnya.
Sedang yang bertanya padaku pun sudah lulus SMA yang sedianya mau melanjutkan kuliah atas biaya panti. Jadi bukannya aku kejam tho dicurhati kok tidak dibales, wajar bukan ketika aku berharap dia bersikap dewasa?.
Meski mereka anak panti asuhan, meski mereka selama ini " hidup" dari santunan, aku berharap mereka mempunyai kemandirian sikap, bisa menentukan sikap untuk kebaikan mereka sendiri, dan bukannya menjadi lemah jiwanya. Kemandiran sikap dibangun dengan mengenali apa yang jadi persoalannya, baru bisa memutuskan jalan keluar dari persoalan tersebut.
Seseorang memang cenderung bersimpati ketika mendengar kesusahan orang lain tetapi akan menjadi tidak baik ketika menjadikan sesorang berpikir orang lain harus menolongnya ketika dia merasa susah. 

Apalagi jika bantuan itupun harus sesuai keinginannya.

PANGGILAN SAYANG

Di antara saya dan suami punya panggilan sayang, pakde dan budhe.
Mungkin cuman kami yang begitu. Bukan lantaran panggilan bapak dan ibu tak kunjung tersemat, atau memamerkan kondisi kami. Samasekali tidak, tak ada maksud untuk menunjukkan kengenesan takdir itu.
Awalnya karena suamiku anak kedua maka lebih banyak yang manggil budhe/pakde dari pada om dan bulik. Di depan ponakan-ponakanku itu, iseng saja setiap memanggil suamiku dengan pakde.. dan suamiku membalas dengan sebutan yang sama, budhe… 
Jadilah kami biasa menggunakan panggilan itu disetiap situasi dan kesempatan, disms, chating ataupun pembicaraan-pembicaraan langsung kami berdua.
 Tidak ada beban, asyiik saja. Kadang berasa lucu juga sih, hee…
Kami hanya ingin berbahagia di setiap takdir Allah, karena yakin Allah tak hendak menyusahkan hambaNya.
Hidup hanya sekali, rugi sekali jika tak menyadari banyaknya rahmat Allah yang diberi.

BERBAGI ITU INDAH

Suatu saat saya mengajak suami untuk pergi berdua.
Suamiku berkata,"Kita ini hidup berdua, jangan selalu pergi berdua saja, nanti kita akan semakin sepi". Begitu jawab suamiku.
Karena itu lah amat jarang kami pergi hanya berdua, lebih sering berombongan. Mobil kijang tua kami persis dengan yang digambarkan di iklan mobil kijang tahun 90-an dulu kala.
"Ada Aa', teteh, adik. pakde, budhe, om, tante,nenek, kakek, semuanya masuk". Ketika mobil berhenti yang keluar dari dalam mobil banyak bingit, ha ha ha.
Dan ternyata saya juga menikmatinya....
Menikmati kebersamaan itu membahagiakan
menikmati kebahagiaan ketika dibagi ternyata semakin bertambah-tambah
Jadi ingat kata-kata kakakku, "Heran ya kok ya ada orang yang tidak suka berbagi?"