Senin, 16 Desember 2013

CINTA 2

Baru sempat baca novel yang kupinjam dari seorang teman, "Daun yang jatuh tak pernah membenci Angin" karya Darwis Tere Liye. Iseng saja, sudah lama tidak baca novel. Kalimat-kalimatnya indah, cuman ceritanya bagiku sih klise dan rada gombal juga . Mungkin memang bukan masanya , sudah lewatlah usianya.
Meski klise sepertinya masih banyak orang melihat cinta sebagaimana dalam novel tersebut. Cinta yang mengalahkan segalanya, cinta yang menguasai, sehingga ketika cinta tidak berlabuh pada orang yang diinginkannya maka dunia seakan tak bermakna dan tak berwarna. Padahal jelas fiksi amat berbeda dengan kenyataan.
Sebenarnya jika mau menyadari cinta sebelum pernikahan sangat berbeda dengan cinta sesudah pernikahan.   
Apa yang menyebabkan perbedaan?
Pada penempatan cinta sesuai dengan yang Allah dan RasulNya kehendaki. Cinta sesudah pernikahan mengundang barakah dan keridhoan Allah, padanya bernilai ibadah. Itulah sebabnya seorang suami bisa dengan setia mengenggam jemari istrinya, menunggui istrinya saat sakit meski baru beberapa waktu saja menikah. Ada banyak cerita mengharukan lainnya dan itu tak akan ada ketika salah meletakkan cinta.
Maka sumber cinta itu adalah Allah dan RasulNya, selanjutnya adalah derivatnya sebagai perwujudan dan pembuktian cinta kepada Allah dan RasulNya.
Maka akan kita dapati cinta itu bukan "mahkluk tunggal", ada banyak cinta yang tumbuh, cinta orangtua, cinta pada pasangan, pada anak, pada saudara ataupun sesama. Masing-masing beda, masing -masing ada tempatnya. Tidak saling mengalahkan, tidak saling meniadakan.

Sabtu, 30 November 2013

KENANGAN SEDIH


Saya suka menulis diary sejak SMA sampai sekarang, meski sudah jarang banget.
Ada beberapa buku diary yang masih saya simpan, salah satunya buku diary itu benar-benar "basah", saat merekam perjuangan saya ketika Allah menguji dengan 'sakit' beberapa belas tahun yang lalu. Saking basahnya buku itu saya sampai gak tega baca kembali buku itu.
Kenapa tidak saya buang?
Bukannya saya ingin membelenggu diri sendiri dengan kesedihan, menyimpan kenangan menyedihkan yang berakibat pada penyesalan. Samasekali tidak.
Ketika kita bisa mengambil jarak dari kenangan sedih itu, menyimpannya memberi manfaat untuk mengingatkan akan nikmat Allah karena pertolongannya jualah ujian itu terlewati.
Tetapi jika kenangan sedih itu membebani maka perlu dibuang jauh-jauh karena membuat kita susah bahagia.
Maka salah satu kunci kebahagiaan adalah kemampuan untuk mengelola masa lalu, simpan yang berguna, buang yang membebani.
Rasulullah shalallahu a'laihi wassalam mengajarkan sebuah doa untuk mengatasi kesedihan:
“Ya Allah, RahmatMu aku harapkan, janganlah Engkau serahkan segala urusanku kepada diriku sendiri walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku, tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau.” (HR Abu Dawud)

KENANGAN HAJI (1)

Salah satu yang membuat saya terharu ketika Allah izinkan untuk menunaikan ibadah haji beberapa tahun yang lalu adalah saat memakai gelang identitas jamaah haji indonesia. Gelang sederhana dari besi tempa tersebut telah membuat saya meneteskan airmata. Kenapa? Karena di gelang tersebut terukir nama saya dan nama orangtua.
Ya Allah, Engkau izinkan nama bapak terukir di gelang ini sebagai tanda anaknya menunaikan ibadah haji.Bukan sebagai suatu kebanggan tetapi harapan bahwa Allah juga memberikan pahala kepada kedua orangtua dari setiap amal kebaikan yang yang dikerjakan seorang anak tanpa mengurangi pahala anak itu sendiri.
Sebagai seorang anak yang ditakdirkan tidak mempunyai waktu lama untuk menemani orangtua, apa yang bisa diberikan kepada orangtua setelah wafat mereka selain doa dan amal sholih yang diterima?
Allahumma taqabbal minna, innaka antas sami'ul a'lim


 Foto: Salah satu yang membuat saya terharu ketika Allah izinkan untuk menunaikan ibadah haji beberapa tahun yang lalu adalah saat memakai gelang identitas jamaah haji indonesia. Gelang sederhana dari besi tempa tersebut telah membuat saya meneteskan airmata. Kenapa? Karena di gelang tersebut terukir nama saya dan nama orangtua.
Ya Allah, Engkau izinkan nama bapak terukir di gelang ini sebagai tanda anaknya menunaikan ibadah haji.Bukan sebagai suatu kebanggan tetapi harapan bahwa Allah juga memberikan pahala kepada kedua orangtua dari setiap amal kebaikan yang yang dikerjakan seorang anak tanpa mengurangi pahala anak itu sendiri.
Sebagai seorang anak yang ditakdirkan tidak mempunyai waktu lama untuk menemani orangtua, apa yang bisa diberikan kepada orangtua setelah wafat mereka selain doa dan amal sholih yang diterima?
Allahumma taqabbal minna, innaka antas sami'ul a'lim

Rabu, 20 November 2013

SESEKALI PERLU MUNDUR

Dulu semasa kuliah paling males kalau harus mengulang, berapapun nilai yang keluar yaitu hasil yang diterima, sepertinya membuang waktu untuk melakukan sesuatu hal yang sama 2 kali. Intinya tidak suka bolan-baleni sesuatu. Dalam hal lainpun begitu, sekali buat sesuatu harus jadi.
Ternyata saya berjodoh dengan seorang laki-laki dengan sifat yang sama yaitu tidak suka mengulang tapi beda tempat, yakni dia paling tidak suka kalau mengendarai motor/mobil itu mundur, jadi kalo mau beli sesuatu tokonya terlewati, pilih beli ke toko yang lain yang tidak pake acara mundur. Aneh bukan?
Mungkin ini adalah sebagian dari rahasia Ilahi, terkadang jodoh mempertemukan 2 orang dengan sifat yang sama tanpa disadari dan seringnya adalah sifat'negatif' agar dalam berjalannya waktu sepasang suami istri bisa saling memperbaiki.
Pada akhirnya saya harus mengakui mengulang itu bukan suatu kesia-siaan selama bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dan mundur beberapa langkah juga bukan suatu kekalahan ataupun kerugian jika memang itu lebih mendekatkan pada tujuan yang ingin dicapai.
Hidup sendiri adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, kesempatan untuk mengulangi suatu perbuatan jika kemarin sempat berbuat kekeliruan dan kesalahan dalam melakukannya.
Taubat adalah mundur dari kemaksiatan.
Semoga tak ada penyesalan di suatu saat nanti karena keinginan untuk mengulang hidup tak akan pernah terjadi.

Minggu, 17 November 2013

KEBAIKAN YANG BERULANG

Sejak SMA suamiku sudah 'nglajo' untuk sekolah di yogya. Dari rumanya di kulon progo dtempuh dengan 2 kali bus. Sekitar 25 km.
Suatu hari dia kelupaan bawa uang saku, berbekal kedekatan karena sering naik bis yogya-wates dia digratisi sama kenek bis sampai di wirobrajan, bagaimana perjalanan selanjutnya? Maka suamiku mendekati seorang calo bis yang biasa mangkal di wirobrajan. Pekerjaan calo bis ini selain mengarahkan pemumpang ke bis-bis tertentu, dia juga memberi informasi ke kondektur waktu keberangkatan bis kompetitor lainnya sehingga bis ini bisa mengatur jarak dengan bis di depannya.
Singkat cerita, suamiku pinjam uang ke calo ini untuk ongkos sekolah selanjutnya dan di kasih.
Kejadian itu sekian tahun telah lewat, hampir 25 tahun yang lalu.
Kemarin itu, karena beberapa hal, suamiku ke kantor naik bis. Tidak terduga berbarengan dengan mogoknya bis kota karena perluasan trayek bis trans yogya. Maka terdamparlah suamiku di wirobrajan menunggu kendaraan yang bisa mengantarkan ke kantornya. Pada saat menunggu itu ada yang menawarinya untuk mengantarkan sampai UGM. Tahukah siapa orang itu? Ya... calo yang meminjami suamiku uang saat SMA dulu. Dia masih jadi calo bis.
Ada yang membuat suamiku terharu, sekian tahun berjalan meski sepertinya garis nasibnya tak berubah dalam kehidupan yang keras di jalan, bapak itu memiliki kelembutan hati dalam menolong meski ada motif ekonominya juga. Dua kali ditolong oleh orang yang sama dalam interval waktu yang sangat lama menunjukkan sifat baik itu adalah miliknya.
Semoga Allah meluaskan rizqinya, dan memberinya hidup dan kehdupan yang barakah.

Kamis, 14 November 2013

BELAJARLAH MEMBERI

Seorang temanku mempunyai putri kembar, masih usia balita, cantik bagai bidadari. Tak pernah bosan rasanya menatap keduanya, apalagi karena keberadaan orangtuanya menjadikan mereka selalu serasi dengan baju yang kembar atau senada, nampak manis dan lucu. Hampir setiap perjumpaanku dengan ibu dan anak kembarnya ini tak pernah kudapati mereka berdua memakai baju yang sama.
Hingga suatu hari aku bertanya padanya, " Anakmu ki klambine sepiro akehe, perasaan gonta ganti wae, ora tahu podho"
" Sak lemari kebak kae budhe, wingi wae wis tak ringkesi ana 2 tas besar wis ra dinggo", jawab temanku.
"Terus mbok apakke?", tanyaku lagi.
"Tak simpen wae", jawabnya.
" Mbok dikekke tonggo-tonggomu kan akeh sing butuh lagian baju-bajunya masih bagus to?", saranku.
" Ra penak'e budhe, ndak darani ngenyek, wedi nek tersinggung",begitu alasan temanku.
Heran aku dengan jawaban seperti ini, yang sayangnya tidak cuman dia seorang yang mengatakannya.Jawaban seperti ini pernah juga diucapkan oleh beberapa orang yang berbeda ketika kuberi saran yang sama sebagai solusi memanfaatkan bajunya yang berjubel-jubel di lemarinya.
Sejak kapan memberi itu berarti menghina? Sehingga membuat orang takut untuk memberi karena khawatir yang diberi tersinggung?
Kalo meminta itu memang menghinakan diri tetapi memberi itu tidak berarti menghina yang diberi. Selagi yang diberikan adalah barang yang bagus/baik dan ketika memberi tidak dengan sikap yang merendahkan mestinya tidak perlu kekhawatiran seperti itu. Perkara kok yang diberi jadi tersinggung itu yang bermasalah adalah dia, dibaiki kok malah marah kan aneh namanya.
Sifat dermawan, suka memberi adalah sifat yang sangat di sukai Allah dan Rasulnya, bahkan sebagai salah satu tanda keimanan seseorang.
Rasulullah shalallahu a'laihi wassalam pernah bersabda, "Bersadaqahlah dan janganlah engkau terlalu memperhatikannya (memperhatikan kwantitasnya), sebab Allah tetap memberikan perhatian-Nya kepadamu.” (HR. Al-Bukhari dan Ibnu Hibban)
Dari hadis di atas hendaknya seseorang tidak merasa malu untuk bershodaqah dengan sesuatu yang sepele karena setiap shodaqah yang ikhlas akan tetap diperhatikan Allah tabarakta wa taa'la.
Sebagaimana amal baik lainnya, shodaqah, dermawan, itu perlu dilatih. Keenganan untuk memberi padahal dia tidak pelit semata mata karena tidak terbiasa saja.
Sayang bukan jika kesempatan untuk mendapatkan pahalanya Allah hilang hanya karena menuruti perasaan yang salah?
Ada baiknya kita renungkan firman Allah taa'la dalam surat Al-Lail: 17-21 :
"Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu
"yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,
"Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus   dibalasnya
"tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi.
"Kelak dia akan benar-benar puas.
Wallahu A'lam
Diatri Ratih Rahayu,S.si,Apt

Rabu, 06 November 2013

PERHATIKANLAH TEMAN-TEMANNYA

Sebuah iklan obat cacing saat menghimbau konsumen untuk tidak lupa memberi obat cacing untuk anaknya, dengan sebuah nasehat:
“Anak anda mungkin bersih tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”

Sepertinya bagus juga nasehat itu dibawa ke hal-hal lainnya agar orangtua lebih waspada.
“Anak anda rajin mengaji tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
“Anak anda rajin belajar tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
“Anak anda tidak berkata buruk tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
“Anak anda tidak merokok tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
“Anak anda tidak pernah melihat pornografi tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”

Dan masih banyak deret pertanyaan yang bisa dibuat. Bukan untuk menyebarkan paranoid tetapi mengajak orangtua untuk waspada, karena banyak orangtua merasa aman-aman saja dengan pergaulan anak-anaknya tidak tahu apa yang tetjadi di balik punggungnya. Membatasi pergaulan anak, jelas bukan suatu langkah yang tepat karena bagaimanapun seorang anak membutuhkan teman untuk bersosialisasi dan mengembangkan kepribadiannya. Maka yang perlu dilakukan adalah memastikan anak mampu untuk memilih  dan mendapatkan teman-teman yang baik.

Rasulullah Shalallahu a’laihi wasallam memberi nasehat dalam memilih teman,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة

Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Hadis diatas perlu dipahami oleh orangtua agar bisa mengajarkan pada anaknya bahwa parameter kebaikan dalam memilih teman adalah kebaikan agamanya,dalam bentuk yang lebih kongkret dilihat dari bagaimana sholatnya, akhlaqnya, sikapnya pada orangtua dsb. Seorang anak tidak akan bisa memilih teman yang shalih jika dia sendiri tidak terbiasa dan terdidik dalam keshalihan keluarga, tidak melihat contoh keseharian dari orangtuanya. Memilihkan anak sekolah yang baik hanya satu cara untuk menjaga pergaulan anak tetapi memberi bekal dan landasan yang kuat saat mereka bergaul dengan teman-temannya akan jauh lebih penting karena orangtua tidak bisa mengawasi anaknya 24 jam.

Sangat sedih melihat anak-anak belia tersangkut masalah-masalah besar baik sebagai pelaku ataupun sebagai korban, dan semua itu tidak terlepas dari teman-temannya.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita dan keluaraga kita dari pengaruh teman-teman yang buruk dan mengumpulkan kita bersama teman-teman yang baik.
Wallahul musta’an.

Jumat, 25 Oktober 2013

AYO BELAJAR ...

Suatu siang, setelah sholat dhuhur saya berbincang-bincang dengan seorang anak lulusan SMK tahun kemarin, dia sudah bekerja. Sebut saja namanya putri (tanpa bunda)
"Ora neruske kuliah Put", kata saya setelah sedikit bicara ngalor ngidul.
"Sakjane nggih pengin budhe, riyin mboten angsal kalih mamak, ragade ngge adik, nggih pun kula manut",jawabnya.
"Golek duit dewe, sebagian uang gaji ditabung nggo kuliah, mengko kuliah disambi kerjo, insya Allah bisa", kucoba menyemangatinya.
"Nggih budhe, ning artane kangge mawon , ajeng ngge golek SIM men dereng sida2, disuwun mamak ngge nyumbang kalih ngge betah sanes-sanese",jawab putri.dewe
"Gak pa pa, insya Allah diganti Allah sukbene, sing penting niat disik muga -muga diparingi jalan", hiburku, terenyuh mendengar ceritanya.
"Nggih budhe, dongakke nggih, muga-muga mawon saged nglumpuk artane ngge kuliah", jawab putri.
"Insya Allah, ilmu kui penting, meski rezeqi tidak tergantung kuliah atau tidak ning nek duwe ilmu dirimu akan lebih punya banyak pilihan, kuliah juga akan menambah wawadan dan membentuk cara berpikir yang lebih baik", kataku mengakhiri percakapan siang itu.
Pembicaraan seperti itu sudah beberapa kali kulakukan dengan beberapa anak SMK yang berbeda, kadang-kadang aku juga berpikir apa aku tidak memberi semangat palsu ya mengingat dunia kuliah apalagi sekarang ini tidak bisa terlalu huznudhan sebagaimana jaman dulu saat kuliahku dulu.
Niatku hanya ingin membangkitkan semangat belajar mereka, agar energi mereka hanya bermuara di tempat kerja seperti sekarang ini. Bekerja di usia yang masih belasan memang sangat bagus untuk mendidik kemandirian mereka. Tetapi tanpa tambahan ilmu hanya akan membuat mereka tak beranjak jauh dari yang sekarang ini mereka dapat. Sayang energi yang mereka punya. Selain itu pengin menyemangati anak-anak muda itu untuk tidak menyerah pada keadaan. Gelar bukan tujuan tetapi semangat belajar dan menggapai harapan harus tetap ditumbuhkan.
Mudah-mudahan saya tidak terlalu naif dalam hal ini.

Rabu, 16 Oktober 2013

HOBBY YANG TAK WAJAR

Seorang gadis cantik, imut, berusia belasan tahun datang ke apotek siang itu. Dia bertanya kepada salah satu pegawai apotek yang kebetulan sudah dikenalnya,"Mbak duwe co(kondom) merk iki sing rasa iki?(varian kondom merk tertentu)". Mendengar pertanyaan agak menggelitik dari seorang gadis yang tanpa sungkan bertanya tentang kondom, aku pun mendekat.'"Buat siapa mbak? "tanyaku padanya. Pertanyaan setengah menyindir yang bertujuan mengingatkan bahwa sebenarnya dia tak pantas beli seperti itu. Tapi jawabannya sungguh mencengangkan. "Buat saya bu, untuk koleksi"jawabnya dengan ringan. Masya Allah, tak bisa berkata apa-apa aku mendengar jawabannya. Tanpa perlu suudzan sekalipun padanya,  dan anggap saja dia berkata sebenarnya, jawaban itu sungguh menggiris hati. Memprihatinkan sekaligus menyedihkan.
Apa yang ada dalam pikiran seorang gadis jika hobinya adalah mengkoleksi berbagai varian kondom? Berbagai aroma? Meski kemasannya memang dibuat menarik dengan berbagai gambar buah-buahan, adakah orang yang terlalu naïf pikirannya berpikir dia mengkoleksi benda itu karena suka dengan bungkus-bungkusnya? Tidak ada bukan?

Informasi yang begitu luas dan tanpa batas, menyebabkan semua orang bisa mengakses informasi-informasi yang belum saatnya mereka terima, yang hanya menyibukkan pikiran mereka dengan hal-hal yang akan merugikan mereka. Sebagaimana melihat gambar-gambar porno maka mengakses artikel yang membahas sexsualitas secara vulgar juga bisa menimbulkan kecanduan. Hal ini akan berakibat sibuknya pikiran mereka dengan angan-angan yang buruk, yang akan terimplementasikan pada perbuatan nyata jika kesempatan itu ada. Paling tidak seperti halnya gadis itu dengan hobinya yang tak sewajarnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”(Baa-ah menurut bahasa adalah jima’(berhubungan suami-istri)

Hadits diatas seharusnya menjadi pedoman bagi orangtua untuk mengarahkan putra/putrinya.Bahwa untuk menjaga anak-anak mereka dari nafsu syahwat yang belum saatnya, dari serbuan virus-virus cinta yang tiap hari menyerbu mereka, adalah dengan mengajak mereka berpuasa. Mengajak mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menyibukkan pikiran mereka dengan hal-hal yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat mereka.
Buka mata, buka hati, jangan sampai menyesal di kemudian hari.

Selasa, 15 Oktober 2013

CINTA



Cinta tidak hadir dalam satu kali tatapan.
 
Cinta jua belum hadir ketika janji diucapkan.
 
Mengapa perjalanan ini tertempuh juga?
 
Karena  yakin janji Allah tidak pernah berselisih meski seinchi sekalipun.
 
Keinginan untuk mendapatkan cintatNya menumbuhkan dan menyuburkan cinta di antara kita.
 
Sakinah itu datang seiring dengan kesanggupan kita mendahulukan yang harus daripada yang ingin
 
Sejauh perjalanan telah tertempuh kami dapati sesungguhnya nikmatMu sangat besar dan indah lebh dari yang kami kira.

 "Rabbi kekalkan kasih sayang diantara kami dan jadikan kami pasangan dunia akhirat".

Kamis, 10 Oktober 2013

KOMUNIKASI YANG BURUK

Saat menunggu teman yang akan menjemput untuk main ke rumahnya di halte bis depan pasar kleco Solo, ada seorang bapak-bapak juga tengah menunggu di sana. Bapak itu berusia 50 tahun ke atas , berpakaian rapi, dengan membawa tas kerja. Bapak itu tampak sibuk menelepon tapi sepertinya tidak diangkat-angkat.
Ketika telpon tersambung, bapak tersebut langsung berbicara dengan suara keras,"Bodoh!". Kemudian melanjutkan makiannya dengan serentetan kata-kata keras.
Kupikir, bapak itu memarahi anak buahnya. Tetapi alangkah terkejutnya ketika kudengar bapak itu mengatakan," Kamu tahu saya tidak suka mahasiswa bodoh seperti kamu, otak pas-pas saja sok-sokan pengin jadi sarjana".
Astaghfirullah, jadi bapak itu menelepon mahasiswanya. Sampai shock aku mendengarnya apalagi yang jadi mahasiswanya.
Terlepas dari apa kesalahan dari mahasiswa tadi atau karakter dari pendidik yang bermacam-macam, aku merasa kok tetap kebangetan ya bapak itu memarahi anak didiknya. Begitu parahkah sikap mahasiswanya sehingga harus disikapi segitu kerasnya?
Sepertinya banyak yang harus diperbaiki dalam kehidupan sosial agar ekspresi-ekspresi semacam itu tak banyak tercetus, agak mengerikan rasanya membayangkan jika interaksi kita banyak diwarnai dengan ekspresi kekerasan bahkan pada interaksi yang harusnya penuh kesantunan.

Selasa, 08 Oktober 2013

SEMUANYA TAKDIR ALLAH

Dalam perjalanan ke solo beberapa waktu yang lalu, dengan kereta Sriwedari, duduk di sebelah saya seorang ibu berusia 2-3 tahun lebih muda dari saya. Entah siapa yang mengawalinya ( mungkin juga saya, biasa crigis gak nyadar). kami sudah terlibat perbincangan akrab. Rupanya beliau tengah mengambil S2 di UNS.
Hingga sampailah ketika dia cerita:
"Saya baru diberi momongan setelah 13 tahun menikah mbak, semua usaha medis saya lakukan. Saya pernah laparoskopi, ditiup 2x, inseminasi buatan hingga terakhir bayi tabung",demikian ceritanya panjang lebar
"Berhasil mbak" tanyaku.
"Tidak, padahal sudah sempat ditanam. Setelah 2 bulan akhirnya keluar. Setelah itu saya berhenti dulu usaha medisnya".
" Jadi, kehamilan jenengan, alami, setelah tidak ada usaha medis yang dilakukan?"
"Iya, setelah saya pasrah, akhirnya hamil".
"Alhamdulillah, Allah mengaruniai jenengan seorang anak, kadang memang begitu setelah usaha berbagai macam tidak berhasil, tetapi setelah itu Allah beri anak meski seakan pas tidak berusaha apa-apa. Begitulah takdir , seperti apapun kita berusaha kalau Allah belum menakdirkan kita punya anak, anak itu belum hadir juga", kataku setelah mendengar panjang usahanya untuk memiliki anak.
"Menurut saya itu bukan takdir",kata ibu itu lagi.
"Lho kok bukan takdir?"tanyaku heran.
"Iya, bukan takdir, asal kita usaha pasti Allah akan memberi",jawabnya yakin.
"Itu takdir mbak, kalo jenengan akhirnya punya anak, itu karena memang Allah menakdirkan jenengan punya anak. Tidak semua yang berusaha akan memperoleh apa yang diinginkannya. Tanpa menyakini takdir Allah, seseorang tidak akan bisa bersabar dengan ketetapan Allah padanya yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya", jawabku panjang lebar.
Takdir Allah, ya... banyak orang salah memahami takdir Allah.
Mengimani takdir Allah sebagai salah satu rukun iman setiap muslim, sebenarnya adalah satu kunci agar manusia bisa hidup bahagia, karena apapun yang menimpa dia, selalu disandarkan kepada Allah Azza wa Jalla dan selalu akan berakhir baik untuk hamba tersebut. Karena pilihan Allah adalah yang terbaik untuk hamba tersebut.
Wallahu a'lam bishshawab.

Senin, 07 Oktober 2013

STATUS FACEBOOK 2


Mereka yang bisa merasakan cukup dengan pemberian Allah di dunia adalah mereka yang mengharapkan di akhirat nanti.
Sedang bagi orang yang tak mengharapkan kebaikan akhirat, dia tak akan pernah merasa cukup di dunia.
Seorang yang beruntung bukannya mereka yang tak pernah menderita. Tetapi orang yang beruntung adalah orang yang tak merasa menderita ketika penderitaan itu menimpa. Kesabaranlah yang akan membawanya pada pahala yang tiada batas.

 Sejatinya dunia maya adalah bagian dari dunia nyata seseorang, dia dihadirkan untuk menjadi pelengkap dari kehidupan nyata seseorang. Untuk menunjang bisnisnya, ajang bertemu dengan teman lama, hiburan, berbagi ilmu ataupun seseorangntuk menipu, setiap orang akan mendapat hasil dari apa yang diusahakannya. Mau dia berkamuflase atau hadir dengan sejujurnya itu adalah pilihan. Akan tetapi bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi haruslah selalu disadari agar tidak merasa jika berbuat dosa di dunia maya itu juga semu belaka. Dosanya tetap nyata.

Luka yang dirasa perlukah dipelihara?
Sakit yang ada bisakah dianggap tidak ada?
Bukankah kita manusia?
Tetapi hanya manusia juga yang bisa memaafkan dan
hanya manusia pula yang bisa mengubah derita menjadi bahagia
ketika bukan apa yang ada di tangan manusia yang didamba
ketika hanya ridha dan rahmat Allah yang diminta
semua ada di hadapan tinggal pilih yang mana

Ketika diri dikalahkan amarah
Ketika hati terbebani sakit hati
Amal sholih menjadi berat untuk dilakukan
Kebaikan jadi susah untuk dikerjakan
Hari menjadi suram meski panas matahari menyengat
Alangkah bahagianya mereka yang mudah memaafkan dan berlonggar hati.
Dia akan mudah untuk bahagia.
Tidak akan bahagia mereka yang mengharapkan kesempurnaan di dunia karena kesempurnaan di dunia mustahil ada.


Dalam hidup selalu ada pilihan. Bahkan dalam kondisi tak ada pilihan sekalipun kita masih bisa memilih, mau sabar atau tidak sabar, mau terima atau menghujat, mau syukur atau mengingkari. Setiap manusia punya kesempatan yang sama.Selagi tak ada hak2 orang lain yang terlanggar setiap orang bebas menentukan pilihannya.
Hanya saja setiap pilihan selalu membawa konsekuensi yang harus ditanggung, di dunia ini atau akhirat nanti.

Ketika harapan tak juga didapat
ketika keinginan tak juga kunjung terwujud
Dan doa tak juga terjawab
Jangan bosan berusaha, jangan  bertanya masih berapa lama lagi menanti
Yakinlah di ujung jalan Allah menyiapkan lebih baik dari yang kita minta
karena kesabaran kita menerima ketentuanNya
karena keyakinan kita Allah mampu memberi apa yang kita minta
Abaikan waktu yang telah terlewat
fokuslah pada apa yang akan Allah beri

Mencoba untuk memahami dan menikmati kesendirian.
Sendiri tak selalu menyedihkan.
Sendiri tak selalu melarakan.
Toh suatu saat nanti kita akan sendiri.
Dalam penantian panjang tak bertepi
Teman kita saat itu apa yang kita usahakan hari ini
Jangan terlalu sibuk dengan teman kita hari ini
Pikirkanlah seperti apa teman kita nanti
Bisa jadi hiruk pikuk pertemanan kita saat ini menyebabkan kesunyian yang menyengsarakan saat itu
Sebaliknya kesendirian kita saat ini bisa mendatangkan teman yang menyenangkan nantiny
a

Senin, 30 September 2013

CINTA DALAM KOTAK MAKANAN

Seorang istri setiap pagi menyiapkan bekal untuk makan siang suaminya di kantor.
Sang suami lebih suka makan siang dari bekal istrinya daripada makan siang di kantin atau membeli makan di luar.
"Enak masakanmu," atau" males cari makan keluar",begitu suaminya bilang.
Maka setiap hari istrinya menyiapkan bekal nasi lengkap dengan lauk dan sayur. Ditatanya bekal untuk suaminya di sebuah kotak makanan, sayur dibungkus plastik khusus dan lauk pelngkap lainnya.
Pada suatu hari saat istrinya tugas sore, sang suami menghubunginya, mengajaknya untuk takziah ke rumah salah seorang kerabat di luar kota sepulang kerja jam 8 malam.
Si istri menyetujuinya, sembari berkata,"bawain bekal ya mas, aku belum makan malam.
Saat istrinya dijemput dan membuka bekal yang disediakan suaminya di dalam mobil yang membawa mereka, di dapatinya bekal yang ditata persis saat dia menyiapkan untuk suaminya.
Setengah takjub sang istri berkata,' kok persis seperti aku yang menyiapkan mas"
" Kan aku sudah diajari sama istriku",jawab suaminya sambil tersenym.
Inilah cinta, inilah saling pengertian itu dalam wujud nyata.
Sederhana tapi indah.

Selasa, 24 September 2013

LATIHAN YANG KELIRU

Seorang remaja putri datang ke apotek malam itu menyerahkan selembar resep.
Ketika kubaca resep itu tertera nama seekor kucing.
"Kucingmu kenapa? tanyaku.
"Kucingku sakit bu", jawabnya dengan nada sedikit manja.
"Sakit apa?" tanyaku kembali dengan meniru gaya bicaranya. Ha ha iseng saja.
"Gak tahu bu, tapi badannya panas sama batuk2 gitu deh", jawabnya masih dengan gaya yang sama.
"Di antar pacarmu?"
"Iya, yang ngasih juga dia, lucu banget kucingnya".
Masya Allah, anak-anak remaja sekarang, ada ada saja cara berpacarannya.
So sweet-kah?
Menurut saya sih nggak banget deh. Apa mereka berpikir mengurus kucing itu seakan-akan mereka belajar mengurus anak mereka kelak?
Mungkin diriku memang berpikir terlalu jauh tetapi banyak orang tua sekarang ini begitu permisif terhadap aktivitas anak anak mereka terutama gaya mereka berpacaran.
Bagaimana jadinya jika mereka terbiasa melakukan sesuatu bsrdua yang kegiatan itu merupakan prototype kegiatan suami-istri semisal memeriksakan berdua kucing itu tadi? Atau saling menyapa mama papa, ayah bunda atau yang aku lebih geleng-geleng lagi si gadis mencum tangan pacarnya ketika akan berpisah.
Ketika tingkah laku, sapaan dan acara sudah seperti sepasang suami istri meski mereka belum menikah bukankah ini membawa pada kedekatan lebih jauh lagi bagaikan suami istri padahal mereka belum menikah, sekali lagi belum menikah.
Lalu apa untungnya mereka melakukan itu?  Bukankah lebih baik jika masing-masing remaja itu menempa diri mereka dengan pengetahuan, ketrampilan dan ilmu yang bermanfaat dan dengan cara yang benar sehingga ketika Allah takdirkan mereka untuk menikah, siap untuk bertanggung jawab dan mengerti akan hak dan kewajibannya?
Sehingga kelak jika mereka punya anak, mereka tahu bagaimana bersikap sebagaimana menjafi orang tua dan bukan hanya jadi orang tua karena lahir lebih dulu dari anaknya..
Latihan yang keliru tidak akan menghasilkan hasil yang baik, jika itu dilakukan dalam kehidupan akan teramat besar resiko yang akan ditanggungnya

Minggu, 22 September 2013

NASEHAT 2

Seringkali seseorang ketika bermasalah atau terkena musibah, kemudian dinasehati oleh temannya, jawabannya adalah: "Kalau cuman ngomong gampang, coba kalau kamu yang mengalaminya sendiri?"
Kalau saja setiap orang yang akan menasehati harus membuktikan dulu ucapannya maka tak akan ada orang yang akan nasehati-menasehati, karena apa? Karena setiap orang punya permasalahan sendiri-sendiri, dan waktunya tak berurutan sebagaimana jadwal pelajaran. Justru dengan saling menasehati seseorang akan mempunyai kekayan batin dengan banyaknya pengalaman menyelesaikan permasalahan yang bisa jadi suatu ketika gantian menimpa dirinya. permasalahan akan lebih ringan dan akan menimbulkan kasih sayang diantara orang yang saling menasehati.
Pada akhirnya akan menghindarkan manusia dari kerugian, sebagaimana yang Allah jelaskan dalam surat Al-Asyr :
Demi Waktu,
sesungguhnya manusia dalam kerugian,
kecuali mereka yang beriman dan beramal sholeh dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran

Minggu, 08 September 2013

DUNIA KAPUR

Dulu ada film animasi berjudul chalkzone atau dunia kapur. Peran utama dalam film itu adalah Rudi tabhotee, seorang anak kecil yang bertualang dengan kapur ajaibnya. Setiap goresan kapurnya seakan akan hidup dan dia bertualang di dunia goresan kapurnya bersama teman-temannya.
Entah kenapa, akhir2 ini teringat kembali film itu yang kutonton dulu ketika menemani ponakanku. Mungkin karena melihat bahwa di dunia nyata dan duniia dewasa ternyata ada juga yang membangun dunianya dengan persepsinya sendiri bagaikan dunia kapur rudi tabuti. Bukan dengan kapur ajaib tentu saja tetapi dengan kata-katanya yang berbuih-buih, dan dengan khayalannya. Dia hidup di dunia yang dibangun oleh khayalannya sendiri seakan-akan nyata meski itu tak bisa diterima kebanyakan orang bahkan bertabrakan dengan norma dan nilai nilai agama. Dunia kamuflase ini bisa di dunia maya ataupun dunia nyata.
Lebih parah lagi jika dia memerangkap orang lain untuk masuk ke dunia kapurnya. Dengan kepandaiannya berkata-kata berhasil menyakinkan orang untuk mengakui dunia kapurnya sebagai dunia nyata. Seseorang yang terperangkap ini sering tidak sadar bahwa dia terperangkap kamuflase dan mengikuti presepsi pemilik dunia kapur tersebut. Namanya kamuflase tentu saja merugikan.
Dibutuhkan ilmu dan kesadaran agar kita tidak mudah dibawa masuk ke dalam kamuflase seperti ini, agar kita dapat terus berpijak pada kenyataan dan mendasari hidup kita dengan nilai-nilai agama sepenuh kesadaran kita.

Jumat, 23 Agustus 2013

MOTIVASI

Setiap ada yang curhat kepadaku maka dengan sigap mencoba untuk memotivasi dan menasehati panjang lebar. Ketok'e ampuh, padahal kelihatan kalo tidak bisa membuat kalimat yang padat dan efektif atau malah karena hobbi? Crigis maksudnya.
Giliran diri sendiri yang suntuk, bete dan pengin dapat motivasi, suamiku menjawab dengan simpel,' Mbok ya uwis to Di, alhamdulillah isih diparingi urip". Ha ha sadis gak sih?
Tetapi jawaban singkat itu langsung mengembalikan kesadaranku daan mengingatkan pada nikmat yang Allah berikan, pada kesempatan yang sampai detik ini masih dibentangkan.
Ya...hidup adalah nikmat besar, karunia Allah yang amat sayang untuk di sia-siakan. Ketika nafas masih bisa ditiupkan maka nikmat Allah tak akan lepas diberikan kepada hambaNya, jadi mengapa harus ada kata putus asa?
Mengetahui makna hidup adalah motivator terkuat untuk terus bergerak, berbuat dan mempersembahkan amal yang terbaik kepada Allah azza wa jalla.

PERHATIAN

Ketika merawat bapak mertua, kala itu beliau sudah menderita kelumpuhan separo tubuhnya karena sakit kanker yang dideritanya. Setiap hari beliau minta di sediakan makanan kecil yang sudah pasti tidak dimakannya, keinginannya pun ganti-ganti bahkan makanan kecil yang jelas-jelas tidak disukainya.
Ketika kutanya ," Bapak mboten seneng panganan niki to, kok ngersakake ?".
"Ora papa, tukokna wae. Ora tak maem ra po po sing penting ana'.
Lama baru kupaham apa yang sebenarnya beliau ingiinkan, keberadaan sesuatu itu sangat penting buat bapak meski bukan substansi sesuatu itu yang dibutuhkan.Bisa jadi perhatiannya itu yang menyenangkan hati beliau/ mencari sualu alasan yang bisa membangitkan semangat hidupnya. Dalam kondisi seperti itu memang apa yang bisa membuat bahagia di akhir hidup beliau diuasahakan meski sering kali tidak rasional.
Hal yang sama juga terjadi manakala sudah lama tidak menengok orang tua kemudian ketika orangtua menelpon, maka ketika kita tanya," ada apa bu", terus jawabnya,"ora ana apa-apa meng pengin krungu suaramu wae".
Begitulah keberadaan kita, ada/tidaknya kita menjadi lebih penting daripada apa yang kita lakukan. Dalam kasus-kasus seperti ini tidak berlaku rumus kualitas pertemuan lebih penting dari kuantitas.

Sabtu, 17 Agustus 2013

MASA TUA

Ada seorang bapak-bapak, sudah lama pensiun, menjadi pasien langganan apotek. Sering beliau datang untuk menebus obat yang diresepkan dokternya atau bertanya untuk mengatasi berbagai keluhannya. "Mbak Apoteker", begitu biasanya bapak itu menyapaku.
Pernah suatu saat bapak itu datang ke apotek " Mbak, aku ki kesel banget, obate apa? Meng nyapu latar we kok kesel'.
"Latar'e ingkang disapu sepinten pak?", tanyaku.
" Yo... rong kebon kae, le nyapu kat mau esuk nganti jam sewelas iki mau rung rampung". Ha ha ha bagamana tidak capek coba, kalo aku sudah tepar menyapu seluas itu.
Hingga ketika sang bapak mulai sakit-sakitan dan tidak bisa berjalan, interaksi kami masih berlangsung, beliau menelepon apa yang dibutuhkannya, selang bebetapa lama datanglah utusannya, entah pembantunya, tetangga, atau keponakannya. Bapak ini tinggal seorang diri tanpa istri, tanpa anak.
Ketika bapak itu semakin lemah maka ada keponakannya, sepasang suami istri yang menjadi penyambung antara kami dengan bapak itu. Setiap hari suami istri tadi mondar mandir dari rumahnya ke rumah bapak tadi untuk mengurus keperluan bapak tadi. Jika ada yang diinginkannya, maka mereka berdua mampir ke apotek.
"Mbak, pakde nyuwun vitamin", itu salah satu contoh permintaannya, maka kami langsung tahu apa yang dimintanya. Segala terapi suportif yang dimintanya jika dibilang dari apotek, sang bapak tidak protes.
Di bulan romadhon kemarin, di bulan yang penuh berkah, Allah memanggilnya. Semoga bapak itu diberi khusnul khotimah, Allah menerima semua amal ibadahnya dan mengampuni semua dosanya.
Ketika aku takziah, dan bertemu dengan keponakan bapak tadi, ibu itu berkata," Maturnuwun nggih mbak, pun ndherek ngladosi pakdhe".
Tentu saja, aku merasa ibu itu terlalu berlebihan berterima kasih padaku, itu terucap karena kerendahan hati beliau saja.
Sampai beberapa lama ucapan itu masih terngiang di telinga. Bukan karena aku merasa pantas mendapat ucapan itu tetapi kondisi bapak itu tadi yang membuatku jadi merenung. Seorang diri di usia tuanya, toh Allah tidak meninggalkannya seorang diri. Ada yang Allah kirim padanya untuk merawat dia, dan sangat jadi kedekatan hubungan kami adalah bentuk kasih sayang Allah kepadanya, hanya Allah jadikan kami sebagai perantaranya.
Sebagaimana halnya bayi yang hadir tak berdaya ketika hadir di dunia, Allah hadirkan orang-orang dewasa di sekelilingnya untuk merawat dan menolongnya hingga bayi itu tumbuh dewasa, maka demikian pula Allah akan hadirkan orang-orang muda di sekeliling orangtua untuk merawat dan melayaninya. Semuanya itu mudah bagi Allah azza wa jalla.
Yang kita harus kita lakukan hanya tawakal, yakin pada pertolongan Allah dan menjaga ketaatan kita kepadaNya maka tak akan pernah ada bayang-bayang suram masa tua. Insya Allah.

Senin, 12 Agustus 2013

HIKMAH DI BALIK MUSIBAH

Ada sepasang suami istri yang menjadi teman lantaran seringnya bertemu di apotek.Merreka berdua belum dikaruniai momongan setelah waktu cukup lama usia pernikahan mereka. Sekian banyak usaha dijalaninya dengan sabar, tanpa pernah sedikitpun mengeluh. Terlihat tenang, tidak terlihat kemrungsung, dan melewati hari dengan aktivitas keseharian sebagaimana pasangan bahagia lainnya.
Hingga suatu saat kudengar kabar temanku ini hamil. Masya Allah, ikut bahagia rasanya merasakan nikmat yang Allah beri, apalagi mereka baru saja selesai membangun rumah. Sebuah kebahagiaan yang sempurna sepertinya.
Hingga tatkala kehamilan istrinya berusia 7 bulan , Allah memanggil suaminya setelah sakit bebetapa hari saja.
Termenung aku menyaksikan kejadian ini, apa hikmah dari musibah ini? Setelah sepertinya sempurna kebahagiaan yang Allah beri, Allah memberi ujian yang begitu berat, seakan-akan hendak menegaskan pada manusia tidak ada kebahagiaan sempurna di dunia ini.
Hanya orang yang beriman kepada takdir Allah yang bisa bersabar dan tetap husnudhan bahwa apa yang menimpanya adalah yang terbaik untuk dirinya. Tidaklah Allah mendzalimi hambaNya melainkan manusialah yang mendzalimi diri mereka sendiri.
Belakangan kuketahui, sang suami ternyata telah menderita sakit yang cukup lama bahkan dokter waktu itu sudah memperkirakan batas limit untuknya, tetapi Allah takdirkan dia menikah dan mendapatkan istri yang baik untuknya. Kemudian Allah beri kesempatan padanya untuk membangun rumah dan meninggalkan seorang anak yang akan menemani istrinya sepeninggal dia. Ketegaran istrinya menerima takdir Allah ini sungguh mengagumkan. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan? (QS. Ar-rahman)
Sungguh ada hikmah yang besar di setiap ujian yang Allah beri dan ada pahala yang besar bagi mereka yang ridha dengan ketentuanNya.
Wallahu'alam bisshawab.

Selasa, 23 Juli 2013

SAHABAT

Ada 2 kejadian yang berbeda yang kualami dengan 2 sahabat yang berbeda.
Sahabat 1, kami bersahabat dekat, padanya kuceritakan apa yang tidak kuceritakan pada orang lain, demikian pula dia. Tetapi suatu ketika kami pernah berkonflik, tiba-tiba saja kami tidak bertegur sapa, entah apa sebabnya tiba-tiba ada sekat diantara kami. Meski kami tak saling sapa tetapi kami tak saling menyakiti. Hingga saatnya Allah hilangkan sekat itu dan kami kembali jadi sahabat, bagaikan saudara. Semoga Allah membarakahi persahabatan ini.
Sahabat 2, kami juga bersahabat dekat, padaku dia bercerita apa yang tidak diceritakannya pada orang lain. Kami bahkan tak pernah bertengkar apalagi berkonflik tetapi karena suatu hal, yang itupun bukan antara aku dan dia , sesuatu di luar kami, menyebabkan ada jarak diantara kami. Bahkan dia denganku sepetti orang lain saja. Segalanya menjadi tak berbekas.
Sampai saat ini pun, sungguh aku tak mengerti apa yang terjadi. Apa hikmah di balik ini semua. Allah yang membolak-balikkan hati, tidak ada yang dapat menyatukan hati kecuali atas idzinNya. Dua hubungan yang berawal sama dengan perjalanan berbeda berakhir dengan sebaliknya. Berpisah denganku jelas bukan merupakan satu kerugian, tetapi bagiku kehilangan seorang teman dekat tetap mendatangkan kesedihan meski peristiwa itu sudah berlalu cukup lama.
Hanya bisa berharap Allah memberikan yang terbaik untukku dan dia, dan menghindarkan aku dari mendzaliminya tanpa kusadari.
Terima kasih banyak yang masih bersedia menjadi sahabatku hingga saat ini, moga bisa jadi sahabat yang baik untuk kalian .
#Edisi mellow mengenang masa lalu, dengan catatan semua pelaku bergender sama.

Minggu, 21 Juli 2013

CERITA DARI PANTI 5

Di hari minggu pagi itu, seorang anak panti datang ke rumahku. Pagi hari tadi saat bertemu di pengajian ahad pagi, anak itu terlihat bete.
Sesudah kusapa dia, kukeluarkan minum dan makanan sekedarnya. Setelah terlihat tenang kutanya dia" kok sendirian, tidak bilang ya sama teman - teman kalo mau ke sini?"
"Nggak bu, sama ibu(ibu pengasuh) juga tidak" jawabnya.
"Kenapa?"
" Bete bu, abis ngaji masuk kamar, diam, tapi rasanya kok makin sumpek kayak mau pecah, trus ambil sepeda ke sini bu", ceritanya membuka percakapan kami pagi itu.
Menurut ceritanya dia bersepeda sambil emosi meluap ingin menumpahkan kesuntukan hatinya itu. Jarak yang ditempuh untuk sampai ke rumahku hampir 7 km jauhnya.
Seorang remaja dengan kegalauan yang besar mempunyai energi yang sangat tinggi untuk menuntaskan kegalauannya. Jika dalam emosi bisa bersepeda dengan kecepatan penuh sejauh 7 km, bayangkan saja, sampai di mana dia jika punya sepeda motor.
Maka dia akan pergi kemana yang dekat di hati/pikiran mereka, pada apa yang mereka nilai bisa menyelesaikan problem mereka. Problem mereka seringkali di pandang remeh sama orang dewasa tetapi apapun yang mereka rasakan tetap harus ditanggapi serius karena mereka memang baru belajar untuk menyelesaikan persoalan mereka. Kesalahan dalam mensikapi problem mereka bisa berdampak pada ketidakmampuan mereka menyelesaikan persoalan di masa depannya.
Setelah mendengar ceritanya, berdiskusi dan dia sudah terlihat tenang. Kukatakan padanya, " Sudah lega to ?". "Pulanglah, hadapi kenyataan, selesaikan persoalanmu dengan teman-temanmu"
"Kalo ibu marah gimana bu?
' Minta maaf dong, kamu memang salah lain kali jangan pergi tanpa pamit"
"Ya bu" Dia sudah bisa tersenyum. Senang melihatnya.
Ketika kuantar pulang, kulihat tas ransel besar di sepedanya.
"Bawa apa itu?"
"Rukuh bu tadi penginnya mau sampai sore di sini", jawabnya sambil tersenyum.
"Jangan suka melarikan diri lama-lama, tidak baik " pesanku dambil mengantar dia pulang.
Beberapa minggu kemudian bertemu dengannya.
Dia tersenyum manis sambil berkata," Selesai bu semuanya, tuntas".
Senang sekali dia sudah berhasil menyelesaikan persoalannya. Mudah-mudahan Allah selalu menjagamu dan menjadikan kalian semua anak-anak yang mandiri bertanggungjawab dan bertaqwa kepada Allah subhana wa taala

Selasa, 09 Juli 2013

KEDATANGAN SAUDARA

Belum lama ini saya kedatangan saudara sepupu, laki laki, yang sudah sangat lama tidak bertemu. Entah kapan terakhir kami bertemu, saya tidak bisa mengingatnya. Tetapi menurut penuturannya terakhir bertemu adalah ketika membantu kami pindahan rumah tahun 1984, itu berarti 31 tahun yang lalu. Waktu itu saya masih kecil, dia sudah dewasa. Dengan selisih usia yang cukup jauh, hampir 9 tahun, seingatku dulu juga tidak terlalu akrab.
Entah apa yang membawa dia tiba- tiba ingat padaku dan berniat untuk mengunjungiku. Ketika bertemu, wajahnya masih kuingat hanya terlihat tua dengan kondisi badan sedikit tidak terurus. Rupanya dia sekarang tinggal di yogya, sendiri, sudah beberapa tahun bercerai dengan isrrinya tanpa dikaruniai seorang anak. Dia mendengar aku tinggal di yogya kemudian mencari tahu alamatku dan menghubunginya.
Terenyuh aku mendengar ceritanya, saudara-saudaranya tak lagi peduli padanya, mungkin karena perangai buruknya dulu karena sering pergi dari rumah atau apa, aku tak ingin menegaskannya. Biarlah dia menumpahkan rasa rindunya untuk bercerita tentang saudaranya, tentang dirinya, yang selama ini mungkin tak diperolehnya.
Saat itu aku baru menyadari kenapa dia mencariku, setelah sebelumnya mencari kakakku di solo. Kerinduan akan saudara, kerinduan untuk diakui sebagai saudara.
Baru mengerti mengapa Allah dan RasulNya sangat menekankan untuk menjaga kekerabatan, bahkan shadaqah yang diberikan kepada saudaranya bernilai ganda, pahala shodaqah dan pahala menyambung tali shilaturahmi. Juga satu amalan berbakti pada orangtua setelah mereka betdua meninggal adalah menjaga hubungan dengan saudara-saudara dan sahabat mereka.
Inil adalah bagian kenikmatan dari Allah ta'alaa, sungguh tidak enak hidup sendirian tanpa ada saudara yang mengenali.
Sebuah renungan menjelang Ramadhan 2013.

PENGORBANAN SEORANG ANAK

Sore itu seorang ibu datang ke apotek bersama anak perempuannya.
Ibu itu bertanya bagaimana merawat luka anaknya di kaki agar cepat kering.
" Nek ngangge sepatu niku trus teles melih bu",begitu ibu itu menjelaskan keluhannya.
Permasalahan ibu itu bukan sesuatu hal yang besar tetapi percakapan antara ibu dan anaknya sesudah kujelaskan bagaimana merawat luka anaknya itu yang menarik.
Ibu itu berkata, " saged mboten nggeh anak kula nglakonine". Kemudian ibu itu menengok anaknya, " mudeng ora nok sing dijelaske ibu'e mau?" Anaknya menganggukkan kepalanya.
" Saben dinten anak kula niki kula tinggal bu, sakderenge tangi kula pun teng pasar", jelas ibu itu sebelum kutanya.
" Bapak'e teng pundi", tanyaku.
" Nggih kalih kula bu teng pasar, simbahe mboten dados setunggal nggih celak ning pun griya piyambak, dados bocah kula tangi trus adus piyambak, siap-siap sekolah piyambak nggih pun kula siapke sakderenge, jelas ibu itu selanjutnya.
"Kelas pinten bu putrane?"
"Kelas kalih bu"
Pembicaraan terhenti karena aku tak tega untuk bertanya lebih lanjut sejak usia berapa anak itu ditinggal.
Prihatin sekali mendengar cerita ibu itu, jelas dia tidak mungkin disalahkan karena hal itu dilakukan untuk menyambung hidupnya. Bagaimana seorang anak sudah dipaksa untuk memahami kondisi orangtuanya sejak usia dini.
Dalam kondisi ekonomi yang makin berat seperti sekarang ini bukankah makin banyak kemungkinannya anak-anak indonesia yang bernasib sama? Mereka bukan hanya tidak mendapatkan pendidikan yang baik bahkan hak terbesar mereka pun terenggut yaitu hak untuk tumbuh dalam penjagaan dan kebersamaan dengan ibunya.

Selasa, 25 Juni 2013

IKHLAS

Anak muda itu bekerja dalam diam, tak pernah mengeluh, tak mengenal rasa lelah dan setiap di sapa selalu senyum meski nyaris semua pekerjaan di masjd itu dia yang membereskan tanpa di suruh. Setiap pagi dia membersihkan dalam dan luar masjid, membersihkan kamar mandi dan seminggu sekali dia menyucikan rukuh-rukuh masjid yang dipakai jamaah yang mampir untuk sholat. Ketika di masjid sore harinya ada acara maka dia dengan sigap membuatkan minum, menyajikannya dan kemudian membersihkannya, ada atau tidak yang membantu.
Untuk semua yang dia kerjakan dia tidak mengharapkan imbalan/upah, diberi pun dia tidak mau terima. Bahkan karena dia tidak mau menerima pemberian dari masjid maka kemudian pihak takmir berinisiatif untuk membukakan rekening atas nama dia sebagai tabungan buat dia jika sewaktu-waktu dia membutuhkannya, belum pernah juga diambilnya.
Dia punya pekerjaan, selepas selesai membersihkan masjid dia bekerja sampai sore kemudian kembali ke masjid hingga masjid sepi dari aktivitas.
Ketulusan dan keikhlasannya mengherankan banyak orang, dia tidak membutuhkan pujian karena pendengarannya sedikit kurang yang membuat orang lain susah berkomunikasi dengannya.
Penampilannya sangat sederhana kalau tidak boleh disebut lusuh bukan karena tidak ada yang memperhatikannya, banyak hadiah baju koko hanya ditumpuknya saja.
Di balik semua itu, aku rasa Allah mencukupinya, memberinya rasa bahagia yang tidak dimengerti atau bahkan dimiliki oleh orang lain. Kebahagiaan yang Allah janjikan untuk hamba-hambaNya yang ikhlas memakmurkan masjidNya meski tak nampak hebat di hadapan manusia.
Keiklhlasannya mengajarkan padaku untuk tidak sakit hati jika kebaikan yang kita kerjakan tidak diakui atau bahkan disalahpahami.
Ikhlas memang tidak mudah karena setan memang selalu berusaha membelokkan niat kita agar amalan kita menjadi tak berharga. Kepada Allah jugalah kita memohon pertolongan.

Sabtu, 22 Juni 2013

Terhindar dari musibah

Ada satu kejadian horor yang pernah kualami, begini kejadiannya:
Di depan rumah, persis di kiri teras ada pohon jambu air, dagingnya tebal, merah dan manis. Sedang di sebelah kanan terasku ad pohon belimbing. Suatu saat pohon jambu itu berbuah lebat , sayang tinggi, jadi kalau tidak memanjat tidak bisa memetik buah jambunya. Hari itu bersama beberapa ponakan, tetangga dan anak-anakny kami pesta jambu, dipetikkan salah seorang tetanggaku. Di saat sedang asyik makan jambu air, tetanggaku itu memanjat atap terasku lagi dengan membawa arit untuk memotong daun-daun belimbing untuk makan kambingnya. Memang biasa begitu karena pohon belimbing itu banyak lalat buahnya sehingga beimbingnya tidak bisa dimakan.
Melihat tetanggaku naik membawa arit tepat diatas kepalaku, aku langsung berpikir untuk pindah tempat dan berkata untuk memperingatkan tetanggaku itu agar berhati-hati mengingat banyak orang di bawah. Baru saja aku berdiri belum sempat berkata apa-apa, sebuah benda keras mengenai kepalaku..dueng !! benda itu memantul jatuh ke tanah.
Tahukah teman benda apa yang jatuh mengenai kepalaku? Kekhawatiranku benar-benar terbukti, benda itu adalah mata arit yang terlepas dari ganggangnya dan jatuh mengenai kepalaku. Tetapi syukur alhamdulillah, arit itu mengenai kepalaku dalam posisi tidur, jadi kepalaku benjol pun tidak. Jika kejadiannya posisi arit itu dalam keadaan berdiri maka bisa jadi nasibku akan sampai di ruang ICU.
Bahwasanya tidak ada yang dapat memberikan madharat kecuali apa yang telah Allah tetapkan menimpa kita. Seringkali kekhawatiran kita memang benar terjadi tetapi akibatnya sering tak seperti yang kita khawatirkan. Berserah diri dan selalu bertawakal kepada Allah akan membawa ketenangan dan ketentraman hidup di situasi apapun.
"Ya Allah, jadikan kehidupan ini sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan".
.

Jumat, 14 Juni 2013

SELINTAS KENANGAN

Biasanya tak ada perasaan apa-apa ketika masuk RS PKU Yogyakarta, entah sudah beberapa puluh kali untuk membezuk saudara, tetangga atau sahabat.
Tetapi sore itu ketika bersama suami, ibu mertua dan beberapa tetangga untuk menjenguk tetangga kami, tiba-tiba aku teringat kejadian beberapa belas tahun yang lalu.

Di sana di depan ruang periksa itu aku duduk dengan wajah pucat menunggu giliran, pandanganku berkunang-kunang nyaris mau pingsan. Kemudian pandanganku menoleh ke sebelah kanan koridor, dulu di sana ruang USG. Aku pernah duduk menunggu di sana ditemani suami dengan kecemasan dan keresahan yang tak terjemahkan.
Ketika waktu maghrib tiba dan kami sholat maghrib di masjid RS, kembali aku teringat, aku pernah juga duduk di pojokan sana waktu itu.

Tak terasa air mataku mengalir. Ya Rabbi, ujianMu datang ketika kami baru saja melangkah dan rasa cinta itu pun belum sepenuhnya tumbuh.
Air mata ini bukan air mata penyesalan bukan juga mengasihani diri sendiri, tetapi syukur atas pertolonganMu atas kesempatan yang Kau berikan padaku, kalau bukan karena rahmatMu tak tahu bagaimana aku melewatinya. Betapa mudahnya Allah mengangkat rasa sakit itu, menghilangkannya bahkan melupakannya sehingga seringkali lupa bahwa aku pernah sakit sesakit itu.

Mengingat kenangan pahit masa lalu sesekali perlu untuk menumbuhkan rasa syukur, melembutkan hati dan menguatkan keyakinan akan pertolongan Allah.
Dan genggaman tangan itu semakin kurasa erat.

Senin, 10 Juni 2013

NASEHAT UNTUK SAHABAT

Setiap menghubungimu selalu mendatangkan kesedihan padaku. Dimanakah ketegaran itu? Di mana semangat juangmu?
Bukankah hidup adalah sebuah ujian untuk melihat manakah yang paling baik amalnya? Dan bahwasanya apa yang ada pada kita tidaklah penting di hadapan Allah karena Allah hanya melihat apa yang ada di hati kita?
Bukankah engkau tahu bahwa Allah tak akan membiarkan hambaNya yang menengadahkan tangan ke langit mengharapkan pertolonganNya melainkan Allah pasti mengijabahiNya? 

Jika kaurasa keinginanmu belum terkabul, bisa jadi dirimu kurang yakin dengan doamu, atau terlalu terburu-buru ingin segera dipenuhi tanpa harus menempuh asbab terkabulnya doa, atau bisa juga engkau takbisa memahami jalan-jalan yang sebenarnya sudah dibukakan untukmu.
Aku tahu dirimu mengerti semua itu, sungguh sangat mengerti. Aku pernah belajar padamu bagaimana menghadapi kesulitan hidup, ujian dari Allah dengan senyum, dengan kesederhanaan berpikir dan ketergantungan yang tinggi kepada Allah.
Ayolah saudaraku, bangkitkan semangatmu, jangan biarkan dirimu terbelenggu masalahmu dan teruslah berdoa....terus berdoa sampai Allah kabulkan apa yang kita inginkan atau Allah ganti doa kita dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kita minta. 

Allah Maha Kuasa, tak pantas kita bergantung pada mahluk yang sama lemahnya dengan kita.

Senin, 03 Juni 2013

PAHAMI KESUSAHAN ORANG LAIN



Ada pelanggan apotek, seorang bapak, masih muda sepertinya juga cukup berpendidikan, setiap kali hendak membeli obat yang dibutuhkannya, dia selalu memilih dengan pertimbangan cukup rumit. Dikata rumit karena dia banyak bertanya, banyak memilih dan memperhitungkan harga sebelum akhirnya menentukan keputusan. Setelah itu masih memastikan jumlah yang harus dibayar dengan menghitungnya sendiri. "Mosok to mbak, dia bawa kalkulator sendiri", begitu anak-anak bercerita. Setelah jumlah beres maka dia membayar dengan penegasan" Artane 50 ribu mbak", selalu dia mengatakan jumlah uang yang diserahkannya.

Anak-anak sering menggerutu ketika menghadapi bapak tadi.                                  
 "Sudahlah tidak apa-apa, biarkan saja, barangkali hidupnya sedang sulit sehingga dia harus benar-benar berhitung dengan uangnya, mudah-mudahan kita nanti juga dimudahkan Allah ketika kita mengalami kesulitan,"nasehatku  pada anak-anak.

Kesusahan yang dialami oleh seseorang tidak selalu sama ekspresinya.  Ada yang nampak pada ekspresi wajahnya, ada yang terucap langsung, ada pula yang  nampak dari perilaku tertentu dari kesehariannya. Paling nampak jelas dari cara dia berbelanja, bisa dipahami karena sebagian besar kesusahan seseorang disebabkan faktor ekonominya.

Kepekaan seseorang terhadap kesusahan orang lain banyak dipengaruhi keringanan hatinya dalam menolong orang lain. Semakin sering dia menolong orang lain semakin peka dia bisa melihat kesusahan orang lain, meski tak terkespresikan sekalipun. Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda,”Barangsiapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin pasti Allah akan melepaskan satu kesusahannya di hari kiamat ( HR.Muslim)
Jika  tidak bisa menolong orang lain secara langsung, paling tidak kita tidak menyusahkan dia dengan sikap kita melihat kesusahannya.

Belum lama ini, aku bertemu dengan bapak itu, dia sudah tidak serumit dulu dan  sudah tidak bawa kalkulator sendiri. Mungkin bapak itu sudah percaya pada kami atau bisa juga usahanya sudah maju dan hidupnya tidak sesusah dulu. Semoga saja