Selasa, 25 Maret 2014

BEGITULAH HIDUP



Beberapa gambar yang dulu pernah kuangankan, satu-satu terhapus oleh waktu
Satu-satu kutinggalkan apa yang dulu pernah ikut kubangun
Tapi tak mengapa karena begitulah hdup
Berpindah dari satu masa ke masa berikutnya
Dari satu harapan ke harapan lainnya
Pencapaian tak akan pernah berhenti
Apa yang diinginkan manusia selalu ada di batas cakrawala
Maka yang penting adalah jejak yang terekam
dan arah tujuan dari setiap langkah
KepadaMu Ya..Rabbi..

Minggu, 23 Maret 2014

ARAHKAN SELERA MEREKA



Dalam suatu perjalanan saya dan suami mampir ke sebuah rest area, waktu itu sudah masuk waktu sholat maghrib. Setelah sholat Maghrib, karena lapar, kami pesan makanan. Rupanya ada beberapa rombongan yang sudah booking untuk istirahat di rumah makan itu. Tampak beberapa meja panjang sudah ditata untuk makan rombongan.
 
Saat menunggu, kami melihat rumah makan itu juga menyediakan organ tunggal live. Meski masih waktu sholat maghrib, mbaknya yang nyanyi sudah mulai bersenandung.
Taklama berselang datanglah beberapa bis untuk istirahat, ternyata rombongan anak SD yang berwisata. Sebagian dari mereka langsung menyerbu kamar mandi, sebagian yang lain menghampiri pertunjukan organ tunggal. Melihat anak-anak SD yang mendekatinya, Mbak si penyanyi menyapa ramah,”Mau lagu apa dik?” .
Agak kaget kami ketika anak-anak SD itu serentak menjawab,”Masa lalu 2,,,Masa Lalu 2…!”
Saya dan suami berpandangan, masa lalu 2? Lagu apa kui?
Keheranan kami segera terjawab dengan mengalunnya suara si mbak menyanyikan lagu masa lalu 2. Sebuah lagu dangdut koplo, yang belum pernah kami dengar sebelumnya.
Sesaat kejadian itu terlihat lucu, anak-anak kecil segala polahnya kan memang lucu. Tetapi sebanarnya miris juga lihat kejadian itu. Bagaimana anak seusia mereka sudah familiar dengan lagu-lagu seperti itu, yang liriknya dan situasi seperti apa lagu seperti itu biasa dinyanyikan tidaklah baik buat mereka.
 
Jika saya sering terkaget-kaget dengan apa yang mereka hafal, apa yang mereka lihat, wajarlah. Tetapi apakah para orangtua anak itu tahu tentang anak-anak mereka? Apa kesenangan mereka, apa lagu yang biasa mereka nyanyikan, apa yang biasa mereka lihat di tv atau video-video yang mereka saling bagikan? Bagaimanapun saya susah untuk menerima alasan,” halah meng lagu we, khawatir temen!”.
 
Boleh jadi kisah cinta yang berakhir dengan kekerasan bahkan pembunuhan di kalangan remaja seperti yang terjadi belakangan ini terpengaruh oleh adegan video klip musisi negeri ini, yang banyak menampilkan adegan kekerasan atas nama cinta? Saya lupa siapa penyanyinya tetapi masih ingat ada adegan, si cowok yang babak belur diikat oleh si cewek yang memegang senjata dengan iringan lagu cinta yang dinyanyikan oleh cowok itu. Dan sepertinya adegan seperti tiu tidak hanya ada di satu video klip.
Bagaimana hal yang seperti itu tidak mempengaruhi pikiran mereka jika dilihat berulang kali? Bahwa cinta harus dibela meski harus babak belur sekalipun atau membuat pihak lain yang babak belur.
 
Selera anak apalagi jika masih usia anak-anak jangan dibiarkan tanpa arahan, jika bukan orangtuanya yang mengarahkan maka akan banyak yang bersuka cita mengarahkan selera mereka tanpa peduli apa akibatnya yang penting memberi keuntungan sebesar-besarnya .
Jika orangtua tak peduli pada anaknya, siapa lagi yang peduli?
Jika bukan sekarang, kapan lagi?

Kamis, 20 Maret 2014

JANGAN MERASA LELAH



Wajarlah jika mengharapkan sesuatu yang ideal
Wajar pula jika menginginkan hasil dari langkah-langkah yang diambil
Tetapi harus diingat manusia punya hati dan jiwa
Hati kita sendiri pun tak bisa kita kuasai ....
Maka bersandarlah pada Sang Penguasa Hati ...
Apa yang sudah dikerjakan hanyalah potongan kecil dari penghambaan kita kepada Allah Azza wajalla
Yang tak pernah meninggalkan hambaNya yang mendekat
Yang tak pernah lupa untuk mencatat kebaikan yang kita buat
Tak perlulah merasa seakan berjalan di padang luas tak berteman
Atau di pinggir tebing yang hanya bisa memantulkan kembali suara kita
Tak akan ada yang hilang
Tak akan ada yang terhapus
Selagi hanya ridhaNya-lah yang kita cari

Selasa, 18 Maret 2014

MEMBANGUN KEPERCAYAAN



Suatu saat aku dan suami bepergian naik motor. Tatkala hendak menyalip sebuah truk gandengan dari arah kanan, tepat sampai di posisi tengah truk, kurasakan ban belakang motor bocor. Deg, sesaat motor goyang, aku diam saja, tidak bergerak dan tidak bicara, hanya doa dalam hati semoga kami selamat.Detk berikutnya motor kembali tenang dan terus melaju hingga truk tersalip dan motor berhenti dengan selamat di tepi jalan. Ban belakang motor kempes sempurna.

Kuhembuskan napas lega.
"Alhamdulillah, untung kowe meneng wae Di ", kata suamiku.

Lama kejadian itu berlalu, tetapi masih terus kuingat. Bukan hanya mengingat nikmat Allah yang telah menyelamatkan kami dari kejadian yang tak terduga, tetapi kejadian itu memberi pelajaran padaku. Dalam situasi genting seperti saat itu ternyata kepercayaan seorang istri kepada suaminya menyebabkan seorang istri bisa bersikap tenang, dan ketenangan istri inilah yang menolong suami mengatasi situasi kritis yang terjadi.

Bukankah hidup ini juga sebagaimana halnya kita melakukan perjalanan? Ada saat -saat genting, ada kejadian tak terduga, ada saatnya perjalanan tenang dan nyaman.

Tentu saja hal ini tak bisa dipahami jika kepercayaan suami istri tak dibangun sejak awal. Maka saat terjadi krisis, konflik akan terbuka, alih-alih masalah terselesaikan malah tambah masalah karena kecurigaan dan prasangka buruk.

Jumat, 14 Maret 2014

MASAKAN IBU



Salah satu yang kukenang dari mendiang ibu adalah usaha ibu untuk menghadirkan masakan yang enak dan bergizi meski dengan uang belanja yang sangat terbatas. Ibu pinter sekali mengakali keterbatasan ekonomi keluarga kami saat itu sehingga meski dengan bahan-bahan yang sederhana, masakan yang dihasilkannya selalu istimewa dan bergizi tinggi.
Salah satu menu andalan ibu adalah pepes daun singkong,  daun singkong yang direbus, dirajang-rajang, dibumbui dan ditambah kelapa muda, kemudian diberi "gereh kranjangan" di dalamnya.
Enak sekali.
Saat bercerita dengan suamiku, sebenarnya ekspresiku biasa saja meski saat itu memang masa susah keluarga kami.
 
Suatu saat ketika melihat tanaman singkong di belakang rumah tampak hijau subur, kuutarakan niatku untuk masak pepes daun singkong seperti saatku kecil dulu.
Tak kusangka suamiku melarangnya.
"Aja Di, aja masak kui. Ndak ngelingke jaman susahmu mbiyen".

Aku menatap suamiku, terharu.