Selasa, 24 Maret 2015

KEBAIKAN

Dulu saat kontrak rumah di daerah utara ring road utara, Sleman. Kala itu belum seramai sekarang. Ada simbah yang jadi tetangga samping rumah. Meski sudah tua, beliau masih rajin ke kebun untuk menanam sayuran atau memetik daun pisang untuk dijual di pasar. Kadang simbah itu menawariku sayurannya,"Kerso nyayur kacang panjang mboten bu?".
Ketika kuiyakan penawarannya, maka dia tidak hanya memberiku kacang panjang tetapi juga lombok dan kelapa. Lengkap untuk menjadi sebuah masakan.
Ketulusannya sungguh mengharukan dan mengajariku untuk berbuat baik tak harus menunggu punya harta berlebih.
Kemarin, ada seorang teman, jauh lebih muda dariku, menawariku daun singkong. Sayuran kesukaanku. "Remen godong telo(daun singkong) mboten mbak"?.
Maka siang tadi sudah diantar ke rumah 1 ikat besar daun singkong dan juga 2 buah kelapa sudah dikupas, putih bersih. Padahal rumahnya tidaklah dekat.
Ya Allah, Segala Puji bagiMu, kejadian berulang meski dengan pelaku yang berbeda. Beda usia, beda daerah, tetapi kebaikan yang mereka berikan bisa sama.
Ya Allah...hindarkanlah kami dari sifat bakhil dan jadikan kami orang yang bisa bersyukur kepadaMu dan kepada orang yang berbuat baik kepada kami.

KESETIAAN

Seorang ibu sudah cukup tua setiap hari berjalan tertatih-tatih lewat di depan apotek. Dengan langkah sedikit timpang dia menempuh hampir 4 km perjalanan, pulang pergi setiap harinya. Mak'e begitu biasa dipanggil adalah pembantu dari salah seorang tetanggaku. Setiap hari dia pulang pergi menempuh jarak sejauh itu dengan kontur jalan naik turun selama puluhan tahun. Sebuah ketekunan, kesungguhan dan kesetiaan yang luar biasa.
Sore itu ditengah hujan deras yang mengguyur, kulihat dia berjalan dengan langkah tertatih-tatihnya mengenakkan jas hujan tipis. Berjalan pelan-pelan menembus hujan, tak tahu jam berapa dia akan sampai rumah.
Aku tersadarkan melihat pemandangan itu, betapa kesetiaannya, ketekunannya menetapi pekerjaannya telah mengundang kekuatan yang luar biasa yang membuat dia mampu untuk menjalaninya selama bertahun-tahun. Kesetiaannya pada majikan dan keluarganya membuat dia mampu untuk mondar mandir sejauh itu.
Bolehjadi dia memang tidak punya banyak pilihan karena keterbatasn kemampuannya. Tetapi bukankah banyak orang yang sebenarnya Allah beri banyak kelebihan menjadi terlihat lemah karena tidak sabar menjalani proses? Sehingga mudah beralih perhatian hanya karena melihat seolah pilihan yang lain lebih menjanjikan? Terlihat lemah karena pada akhirnya orang sperti itu tidak menghasilkan apa-apa selain keluhan saja. Banyak orang tidak sabar menjalani proses, tidak tekun sampai mendapatkan hasil yang diharapkan.
Kesetiaan dan ketekunan akan mengundang kekuatan yang tak terbayangkan, meski tertatih-tatih, Allah akan mampukan kita. Insya Allah.

Rabu, 18 Maret 2015

IRONI

Kukenal dia sejak ia masih SMA. Saat awal aku mulai tinggal di Kulon Progo. Di antara saudaranya ia memang tak secantik dan sepintar adik-adiknya. Tetapi ia rajin bekerja dan sangat ramah.
Selang beberapa tahun kemudian, dia mengabari kalau sudah menikah dan kerja di batam.
Ketika Apotekku mulai buka, dia datang menemuiku dan bercerita kalau sudah tidak kerja di batam. Kembali ke daerah asal suaminya dan merawat ibu mertuanya yang sudah sakit-sakitan. Dia bersama suaminya membuka usaha jualan rujak es krim.
"Dijual kemana?",tanyaku.
"Bojoku kula mubeng mbak, terus kula dodol teng omah, sering angsal pesenan ngge manten-manten. Alhamdulillah mbak", ceritanya padaku.
Sepertinya rezekinya memang bagus, melihat ceritanya bagaimana dia merawat ibu mertuanya, membawanya berobat kesana kemari. Jelas itu butuh biaya banyak. Atau mungkin bakti mereka pada ibunya yang meluaskan rezqinya. Sepertinya begitu.
Sayangnya saat ibu mertuanya meninggal, dia tidak memberi kabar.
Sore itu dia kembali datang ke apotek, cerita ke sana kemari. Sampai akhirnya dia cerita mau ke rumah ibunya, mengirim uang untuk membantu adiknya.
"Adikmu isih kuliah, adikmu sing endi?".
"Sing ragil mbak, pun lulus kuliah(dia menyebut sebuah universitas swasta ternama di yogyakarta) sakniki kerja teng kantor lingkungan hidup".
"Adikmu wis sarjana tur kerjo kok isih mbok ewangi?".
"Dheke niku kan sarjanane sanes lingkungan hidup, ajeng ndherek pelatihan teng UGM mbayar 5 jt".
Kutatap sinar ketulusan di dalam matanya. Ya Allah moga Kau luaskan rizqinya.
Malam hari, aku cerita ke suamiku.
"Kok aneh yo pakde, mosok adine sarjana njaluk tulung karo mbakyune sing dodolan rujak eskrim?".
"Yo ngono kui budhe masyarakate dewe, neng kantor ki ana PNS nyilih duit karo pegawai honorer"
Memprihatinkan bukan.? Ketika kemandirian dan menjaga ifaf(kehormatan diri)  untuk tidak meminta tolong/merepotkan orang lain tidak dipunyai oleh orang-orang yang seharusnya lebih berkewajiban untuk menolong orang lain. Bukankah dia sudah diberi lebih oleh Allah?