Jumat, 25 Oktober 2013

AYO BELAJAR ...

Suatu siang, setelah sholat dhuhur saya berbincang-bincang dengan seorang anak lulusan SMK tahun kemarin, dia sudah bekerja. Sebut saja namanya putri (tanpa bunda)
"Ora neruske kuliah Put", kata saya setelah sedikit bicara ngalor ngidul.
"Sakjane nggih pengin budhe, riyin mboten angsal kalih mamak, ragade ngge adik, nggih pun kula manut",jawabnya.
"Golek duit dewe, sebagian uang gaji ditabung nggo kuliah, mengko kuliah disambi kerjo, insya Allah bisa", kucoba menyemangatinya.
"Nggih budhe, ning artane kangge mawon , ajeng ngge golek SIM men dereng sida2, disuwun mamak ngge nyumbang kalih ngge betah sanes-sanese",jawab putri.dewe
"Gak pa pa, insya Allah diganti Allah sukbene, sing penting niat disik muga -muga diparingi jalan", hiburku, terenyuh mendengar ceritanya.
"Nggih budhe, dongakke nggih, muga-muga mawon saged nglumpuk artane ngge kuliah", jawab putri.
"Insya Allah, ilmu kui penting, meski rezeqi tidak tergantung kuliah atau tidak ning nek duwe ilmu dirimu akan lebih punya banyak pilihan, kuliah juga akan menambah wawadan dan membentuk cara berpikir yang lebih baik", kataku mengakhiri percakapan siang itu.
Pembicaraan seperti itu sudah beberapa kali kulakukan dengan beberapa anak SMK yang berbeda, kadang-kadang aku juga berpikir apa aku tidak memberi semangat palsu ya mengingat dunia kuliah apalagi sekarang ini tidak bisa terlalu huznudhan sebagaimana jaman dulu saat kuliahku dulu.
Niatku hanya ingin membangkitkan semangat belajar mereka, agar energi mereka hanya bermuara di tempat kerja seperti sekarang ini. Bekerja di usia yang masih belasan memang sangat bagus untuk mendidik kemandirian mereka. Tetapi tanpa tambahan ilmu hanya akan membuat mereka tak beranjak jauh dari yang sekarang ini mereka dapat. Sayang energi yang mereka punya. Selain itu pengin menyemangati anak-anak muda itu untuk tidak menyerah pada keadaan. Gelar bukan tujuan tetapi semangat belajar dan menggapai harapan harus tetap ditumbuhkan.
Mudah-mudahan saya tidak terlalu naif dalam hal ini.

Rabu, 16 Oktober 2013

HOBBY YANG TAK WAJAR

Seorang gadis cantik, imut, berusia belasan tahun datang ke apotek siang itu. Dia bertanya kepada salah satu pegawai apotek yang kebetulan sudah dikenalnya,"Mbak duwe co(kondom) merk iki sing rasa iki?(varian kondom merk tertentu)". Mendengar pertanyaan agak menggelitik dari seorang gadis yang tanpa sungkan bertanya tentang kondom, aku pun mendekat.'"Buat siapa mbak? "tanyaku padanya. Pertanyaan setengah menyindir yang bertujuan mengingatkan bahwa sebenarnya dia tak pantas beli seperti itu. Tapi jawabannya sungguh mencengangkan. "Buat saya bu, untuk koleksi"jawabnya dengan ringan. Masya Allah, tak bisa berkata apa-apa aku mendengar jawabannya. Tanpa perlu suudzan sekalipun padanya,  dan anggap saja dia berkata sebenarnya, jawaban itu sungguh menggiris hati. Memprihatinkan sekaligus menyedihkan.
Apa yang ada dalam pikiran seorang gadis jika hobinya adalah mengkoleksi berbagai varian kondom? Berbagai aroma? Meski kemasannya memang dibuat menarik dengan berbagai gambar buah-buahan, adakah orang yang terlalu naïf pikirannya berpikir dia mengkoleksi benda itu karena suka dengan bungkus-bungkusnya? Tidak ada bukan?

Informasi yang begitu luas dan tanpa batas, menyebabkan semua orang bisa mengakses informasi-informasi yang belum saatnya mereka terima, yang hanya menyibukkan pikiran mereka dengan hal-hal yang akan merugikan mereka. Sebagaimana melihat gambar-gambar porno maka mengakses artikel yang membahas sexsualitas secara vulgar juga bisa menimbulkan kecanduan. Hal ini akan berakibat sibuknya pikiran mereka dengan angan-angan yang buruk, yang akan terimplementasikan pada perbuatan nyata jika kesempatan itu ada. Paling tidak seperti halnya gadis itu dengan hobinya yang tak sewajarnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”(Baa-ah menurut bahasa adalah jima’(berhubungan suami-istri)

Hadits diatas seharusnya menjadi pedoman bagi orangtua untuk mengarahkan putra/putrinya.Bahwa untuk menjaga anak-anak mereka dari nafsu syahwat yang belum saatnya, dari serbuan virus-virus cinta yang tiap hari menyerbu mereka, adalah dengan mengajak mereka berpuasa. Mengajak mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menyibukkan pikiran mereka dengan hal-hal yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat mereka.
Buka mata, buka hati, jangan sampai menyesal di kemudian hari.

Selasa, 15 Oktober 2013

CINTA



Cinta tidak hadir dalam satu kali tatapan.
 
Cinta jua belum hadir ketika janji diucapkan.
 
Mengapa perjalanan ini tertempuh juga?
 
Karena  yakin janji Allah tidak pernah berselisih meski seinchi sekalipun.
 
Keinginan untuk mendapatkan cintatNya menumbuhkan dan menyuburkan cinta di antara kita.
 
Sakinah itu datang seiring dengan kesanggupan kita mendahulukan yang harus daripada yang ingin
 
Sejauh perjalanan telah tertempuh kami dapati sesungguhnya nikmatMu sangat besar dan indah lebh dari yang kami kira.

 "Rabbi kekalkan kasih sayang diantara kami dan jadikan kami pasangan dunia akhirat".

Kamis, 10 Oktober 2013

KOMUNIKASI YANG BURUK

Saat menunggu teman yang akan menjemput untuk main ke rumahnya di halte bis depan pasar kleco Solo, ada seorang bapak-bapak juga tengah menunggu di sana. Bapak itu berusia 50 tahun ke atas , berpakaian rapi, dengan membawa tas kerja. Bapak itu tampak sibuk menelepon tapi sepertinya tidak diangkat-angkat.
Ketika telpon tersambung, bapak tersebut langsung berbicara dengan suara keras,"Bodoh!". Kemudian melanjutkan makiannya dengan serentetan kata-kata keras.
Kupikir, bapak itu memarahi anak buahnya. Tetapi alangkah terkejutnya ketika kudengar bapak itu mengatakan," Kamu tahu saya tidak suka mahasiswa bodoh seperti kamu, otak pas-pas saja sok-sokan pengin jadi sarjana".
Astaghfirullah, jadi bapak itu menelepon mahasiswanya. Sampai shock aku mendengarnya apalagi yang jadi mahasiswanya.
Terlepas dari apa kesalahan dari mahasiswa tadi atau karakter dari pendidik yang bermacam-macam, aku merasa kok tetap kebangetan ya bapak itu memarahi anak didiknya. Begitu parahkah sikap mahasiswanya sehingga harus disikapi segitu kerasnya?
Sepertinya banyak yang harus diperbaiki dalam kehidupan sosial agar ekspresi-ekspresi semacam itu tak banyak tercetus, agak mengerikan rasanya membayangkan jika interaksi kita banyak diwarnai dengan ekspresi kekerasan bahkan pada interaksi yang harusnya penuh kesantunan.

Selasa, 08 Oktober 2013

SEMUANYA TAKDIR ALLAH

Dalam perjalanan ke solo beberapa waktu yang lalu, dengan kereta Sriwedari, duduk di sebelah saya seorang ibu berusia 2-3 tahun lebih muda dari saya. Entah siapa yang mengawalinya ( mungkin juga saya, biasa crigis gak nyadar). kami sudah terlibat perbincangan akrab. Rupanya beliau tengah mengambil S2 di UNS.
Hingga sampailah ketika dia cerita:
"Saya baru diberi momongan setelah 13 tahun menikah mbak, semua usaha medis saya lakukan. Saya pernah laparoskopi, ditiup 2x, inseminasi buatan hingga terakhir bayi tabung",demikian ceritanya panjang lebar
"Berhasil mbak" tanyaku.
"Tidak, padahal sudah sempat ditanam. Setelah 2 bulan akhirnya keluar. Setelah itu saya berhenti dulu usaha medisnya".
" Jadi, kehamilan jenengan, alami, setelah tidak ada usaha medis yang dilakukan?"
"Iya, setelah saya pasrah, akhirnya hamil".
"Alhamdulillah, Allah mengaruniai jenengan seorang anak, kadang memang begitu setelah usaha berbagai macam tidak berhasil, tetapi setelah itu Allah beri anak meski seakan pas tidak berusaha apa-apa. Begitulah takdir , seperti apapun kita berusaha kalau Allah belum menakdirkan kita punya anak, anak itu belum hadir juga", kataku setelah mendengar panjang usahanya untuk memiliki anak.
"Menurut saya itu bukan takdir",kata ibu itu lagi.
"Lho kok bukan takdir?"tanyaku heran.
"Iya, bukan takdir, asal kita usaha pasti Allah akan memberi",jawabnya yakin.
"Itu takdir mbak, kalo jenengan akhirnya punya anak, itu karena memang Allah menakdirkan jenengan punya anak. Tidak semua yang berusaha akan memperoleh apa yang diinginkannya. Tanpa menyakini takdir Allah, seseorang tidak akan bisa bersabar dengan ketetapan Allah padanya yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya", jawabku panjang lebar.
Takdir Allah, ya... banyak orang salah memahami takdir Allah.
Mengimani takdir Allah sebagai salah satu rukun iman setiap muslim, sebenarnya adalah satu kunci agar manusia bisa hidup bahagia, karena apapun yang menimpa dia, selalu disandarkan kepada Allah Azza wa Jalla dan selalu akan berakhir baik untuk hamba tersebut. Karena pilihan Allah adalah yang terbaik untuk hamba tersebut.
Wallahu a'lam bishshawab.

Senin, 07 Oktober 2013

STATUS FACEBOOK 2


Mereka yang bisa merasakan cukup dengan pemberian Allah di dunia adalah mereka yang mengharapkan di akhirat nanti.
Sedang bagi orang yang tak mengharapkan kebaikan akhirat, dia tak akan pernah merasa cukup di dunia.
Seorang yang beruntung bukannya mereka yang tak pernah menderita. Tetapi orang yang beruntung adalah orang yang tak merasa menderita ketika penderitaan itu menimpa. Kesabaranlah yang akan membawanya pada pahala yang tiada batas.

 Sejatinya dunia maya adalah bagian dari dunia nyata seseorang, dia dihadirkan untuk menjadi pelengkap dari kehidupan nyata seseorang. Untuk menunjang bisnisnya, ajang bertemu dengan teman lama, hiburan, berbagi ilmu ataupun seseorangntuk menipu, setiap orang akan mendapat hasil dari apa yang diusahakannya. Mau dia berkamuflase atau hadir dengan sejujurnya itu adalah pilihan. Akan tetapi bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi haruslah selalu disadari agar tidak merasa jika berbuat dosa di dunia maya itu juga semu belaka. Dosanya tetap nyata.

Luka yang dirasa perlukah dipelihara?
Sakit yang ada bisakah dianggap tidak ada?
Bukankah kita manusia?
Tetapi hanya manusia juga yang bisa memaafkan dan
hanya manusia pula yang bisa mengubah derita menjadi bahagia
ketika bukan apa yang ada di tangan manusia yang didamba
ketika hanya ridha dan rahmat Allah yang diminta
semua ada di hadapan tinggal pilih yang mana

Ketika diri dikalahkan amarah
Ketika hati terbebani sakit hati
Amal sholih menjadi berat untuk dilakukan
Kebaikan jadi susah untuk dikerjakan
Hari menjadi suram meski panas matahari menyengat
Alangkah bahagianya mereka yang mudah memaafkan dan berlonggar hati.
Dia akan mudah untuk bahagia.
Tidak akan bahagia mereka yang mengharapkan kesempurnaan di dunia karena kesempurnaan di dunia mustahil ada.


Dalam hidup selalu ada pilihan. Bahkan dalam kondisi tak ada pilihan sekalipun kita masih bisa memilih, mau sabar atau tidak sabar, mau terima atau menghujat, mau syukur atau mengingkari. Setiap manusia punya kesempatan yang sama.Selagi tak ada hak2 orang lain yang terlanggar setiap orang bebas menentukan pilihannya.
Hanya saja setiap pilihan selalu membawa konsekuensi yang harus ditanggung, di dunia ini atau akhirat nanti.

Ketika harapan tak juga didapat
ketika keinginan tak juga kunjung terwujud
Dan doa tak juga terjawab
Jangan bosan berusaha, jangan  bertanya masih berapa lama lagi menanti
Yakinlah di ujung jalan Allah menyiapkan lebih baik dari yang kita minta
karena kesabaran kita menerima ketentuanNya
karena keyakinan kita Allah mampu memberi apa yang kita minta
Abaikan waktu yang telah terlewat
fokuslah pada apa yang akan Allah beri

Mencoba untuk memahami dan menikmati kesendirian.
Sendiri tak selalu menyedihkan.
Sendiri tak selalu melarakan.
Toh suatu saat nanti kita akan sendiri.
Dalam penantian panjang tak bertepi
Teman kita saat itu apa yang kita usahakan hari ini
Jangan terlalu sibuk dengan teman kita hari ini
Pikirkanlah seperti apa teman kita nanti
Bisa jadi hiruk pikuk pertemanan kita saat ini menyebabkan kesunyian yang menyengsarakan saat itu
Sebaliknya kesendirian kita saat ini bisa mendatangkan teman yang menyenangkan nantiny
a