Selasa, 09 Desember 2014

MENAHAN DIRI

Kemarin, ketika puasa asyura 10 Muharram, cuaca begitu panas di Yogya. Belum lagi dhuhur, panas matahari sudah 'ngenthang-ngenthang'.
Saat mengambilkan air minum untuk tetangga yang kumintai tolong setrika, segelas air putih dengan beberapa butir es batu tampak begitu menggoda, perasaan yang tak pernah terlintas di saat menjalani puasa Romadhon selama sebulan.
Ketika saat buka kuceritakan hal itu pada suamiku. "koyo cah cilik wae budhe" komentar suamiku. Bener juga sih.
Malam masih terpikirkan, segelas air putih dengan butiran es batu di hari yang sangat panas, di depan orang yang puasa(artinya diniati untuk tidak makan dan minum) begitu menggoda, marai pengin. Bagaimanalah lagi perasaan orang yang tidak punya uang, sangat butuh uang, ketika melihat orang orang kaya menghambur-hamburkan kekayaan, dan
memamerkan gaya hidupnya? Tentu bayangan itu akan sangat menyakitkan jika berbenturan dengan kemampuan ekonomi yang tak kunjung beranjak.
Mungkin itulah sebabnya kenapa Allah lewat RasulNya bukan hanya mengajarkan kedermawanan, melarang sifat bakhil tetapi juga memerintahkan untuk menahan hawa nafsu, melarang kemubadziran dan bersikap boros. Agar tidak menyakiti perasaan orang yang tidak berpunya, serta memudahkan mereka untuk bersabar dengan keadaan mereka.
Dermawan dan menahan diri dari orang-orang berpunya akan menetramkan hati orang -orang yang tak berpunya, dan ketentramanpun akan tercipta.
Wallahu a'lam.

PUISI SAAT PAKDE PERGI HAJI

Membersamaimu dalam doa adalah sesuatu yang bisa kulakukan untuk menolongmu saat tak ada diriku disisimu
Yakin engkaupun melakukan yang sama untukku
Karena apa yang kaulakukan dan apa yang kulakukan di sini adalah apa yang kita sepakati untuk kita kerjakan.
"Ini pembagian peran saja insya Allah dirimu dapat pahala yang sama karena kerelaan dan dukunganmu selama ini"
Dan aku berharap demikianlah adanya


Di batas sunyi
Mencoba mencari senyummu
Di baris-baris yang telah tertulis
Rasa itu datang melalui kejapan mata
Tatkala kita menata potongan mimpi
Menjadi gambar yang mewujud nyata
Indah....
Saat kita bisa meletakkan asa bukan pada kuasa kita
Saat kita menyadari hidup bukan sebatas pandangan mata
Bawakan untukku sebait doa
Untuk kebahagiaan kita
Di sana....



Mungkin diriku cuman lelah karena tak ada dirimu di sini
Meski kutahu kau tak pernah suka aku berkata seperti itu
Kepala boleh saling bersandar
Hati jangan saling bersandar
Begitu dirimu sering mengingatkanku
Kita saling menguatkan tetapi tidak saling bergantung
Cinta ini memang bukan cinta sederhana
Saat kita jaga untuk tetap sujud padaNya....



Gelaran hari tanpamu menyadarkanku akan sebuah tujuan
Tujuan yang menghibur hati dari sebuah kehilangan
Menghindarkan diri dari kekosongan
Hidup memang bukan sekedar bersama
Tujuan kitalah yang menjadikan kebersamaan ini bermakna
Saat keridhaan Allah menjadi tujuan
Dimanapun kita, sendiri atau bersama, harusnya tidaklah beda
Semoga Allah menerima amal kita, menjadikan kita berdua dan orang-orang yang membersamai kita dalam keridhaanNya

CERITA DARI PANTI 6

Sebuah sms masuk dari salah seorang anak penghuni panti asuhan yang biasa kukujungi.
"Ibu saya ingin keluar dari panti".
"Ada apa, apa yang terjadi?"
"Tidak tahu ni bu, sudah tidak kerasan saja".
Sampai di sini sms tidak kubalas, jika dia menceritakan duduk persoalannya maka kuusahakan untuk bisa menemaninya, tapi ketika jawabannya menunjukkan kegalauan saja maka biar dia bisa berpikir dulu, biar belajar untuk memahami persoalan dirinya sendiri. Untuk masalah penting seperti itu mestinya bukan berdasarkan kegalauan. Itu yang hendak kusampaikan dengan tidak kujawab smsnya.
Panti Asuhan di mana aku sering kesana bukanlah panti asuhan sebagaimana yang dikesankan di cerita-cerita, mereka semua masih punya orangtua meski tidak lengkap, pagi mereka sekolah biasa, selebihnya mereka dididik dengan pendidikan agama. Ada ustadz pengasuhnya.
Sedang yang bertanya padaku pun sudah lulus SMA yang sedianya mau melanjutkan kuliah atas biaya panti. Jadi bukannya aku kejam tho dicurhati kok tidak dibales, wajar bukan ketika aku berharap dia bersikap dewasa?.
Meski mereka anak panti asuhan, meski mereka selama ini " hidup" dari santunan, aku berharap mereka mempunyai kemandirian sikap, bisa menentukan sikap untuk kebaikan mereka sendiri, dan bukannya menjadi lemah jiwanya. Kemandiran sikap dibangun dengan mengenali apa yang jadi persoalannya, baru bisa memutuskan jalan keluar dari persoalan tersebut.
Seseorang memang cenderung bersimpati ketika mendengar kesusahan orang lain tetapi akan menjadi tidak baik ketika menjadikan sesorang berpikir orang lain harus menolongnya ketika dia merasa susah. 

Apalagi jika bantuan itupun harus sesuai keinginannya.

PANGGILAN SAYANG

Di antara saya dan suami punya panggilan sayang, pakde dan budhe.
Mungkin cuman kami yang begitu. Bukan lantaran panggilan bapak dan ibu tak kunjung tersemat, atau memamerkan kondisi kami. Samasekali tidak, tak ada maksud untuk menunjukkan kengenesan takdir itu.
Awalnya karena suamiku anak kedua maka lebih banyak yang manggil budhe/pakde dari pada om dan bulik. Di depan ponakan-ponakanku itu, iseng saja setiap memanggil suamiku dengan pakde.. dan suamiku membalas dengan sebutan yang sama, budhe… 
Jadilah kami biasa menggunakan panggilan itu disetiap situasi dan kesempatan, disms, chating ataupun pembicaraan-pembicaraan langsung kami berdua.
 Tidak ada beban, asyiik saja. Kadang berasa lucu juga sih, hee…
Kami hanya ingin berbahagia di setiap takdir Allah, karena yakin Allah tak hendak menyusahkan hambaNya.
Hidup hanya sekali, rugi sekali jika tak menyadari banyaknya rahmat Allah yang diberi.

BERBAGI ITU INDAH

Suatu saat saya mengajak suami untuk pergi berdua.
Suamiku berkata,"Kita ini hidup berdua, jangan selalu pergi berdua saja, nanti kita akan semakin sepi". Begitu jawab suamiku.
Karena itu lah amat jarang kami pergi hanya berdua, lebih sering berombongan. Mobil kijang tua kami persis dengan yang digambarkan di iklan mobil kijang tahun 90-an dulu kala.
"Ada Aa', teteh, adik. pakde, budhe, om, tante,nenek, kakek, semuanya masuk". Ketika mobil berhenti yang keluar dari dalam mobil banyak bingit, ha ha ha.
Dan ternyata saya juga menikmatinya....
Menikmati kebersamaan itu membahagiakan
menikmati kebahagiaan ketika dibagi ternyata semakin bertambah-tambah
Jadi ingat kata-kata kakakku, "Heran ya kok ya ada orang yang tidak suka berbagi?"

Senin, 24 November 2014

BAKSO 2000 RUPIAH

Selepas mengajar di panti asuhan Muhammadiyah sore itu, di depan panti lewat seorang pedagang makanan keliling naik sepeda. Salah seorang anak panti, berkata,"mau beli ah, buat buka nanti. Sambil memanggil penjual makanan tadi.
Kuhampiri mereka," Itu apa to Rul? Cilok? Belikan juga untuk semua temanmu, biar ibu yang bayar".
"Niki bakso Bu, bakso ideran", kata bapak tua si penjual.
"Pintenan niku pak?", tanyaku.
" kalih ewu bu,"jawab bapak itu.
"Nek ngge cah 16 tasih pak?", tanyaku, ketika kulihat panci baksonya cuman sedikit bakso yang terlihat.
"Tasih bu," jawab bapak itu sambil sibuk mengeluarkan bakso dan menyiapkan plastik2 pembungkus bakso.
Segera anak-anak yang tidak piket merubung bapak itu, sepertinya mereka sudah biasa dengan si bapak.
"Gek dho ngadhahi dewe-dewe, baksone njupuk 6".
Bakso 2000 rb dapat 6 butir bakso, sedikit irisan tahu dan sawi lengkap dengan sambel dan kecapnya, butiran baksonya jelas cuilik2, sepertinya bakso ayam atau cuman tepung kanji saja?
Kukeluarkan uang 35 rb kuserahkan pada bapak itu.
"Budhe, sing 3000 nggo aku yo, aku yo gelem,"kata temanku yang bersamaku ke panti sore itu.
"Cekap artane pak?".
"Nggih bu, matur nuwun".
Masya Allah, uang 35 rb bisa nraktir bakso 17 orang ! Anak-anak itu senang, bapak tua penjual bakso itu senang, kelarisan.
Sepanjang jalan pulang, hatiku diliputi rasa syukur atas pelajaran yang Allah tunjukkan padaku sore ini. Berapa coba laba bapak itu jualan bakso keliling seharga 2000 rb-an? Kegembiraan dan kebahagiaan yang Allah rasakan kepada hambaNya memang tak terbatasi oleh rupiah.
Bahagia itu mudah dan murah.

Rabu, 08 Oktober 2014

MALAM YANG INDAH

Malam itu sudah lebih dari jam 9 ketika kami keluar dari RS setelah bezuk saudara kami. Melewati warung bakmi goreng jawa yang banyak terdapat di pinggir jalan, kok jadi pengin mampir.
Akhirnya kami pun mampir ke sebuah warung bakmi jawa di pinggir sawah. Tapi berhubung tidak terlalu lapar padahal biasanya porsi bakmi itu banyak maka kami pun hanya pesan 1 porsi bakmi dan teh panas 1 gelas.
Kami makan bakmi berdua, ditemani hembusan angin dingin dari sawah dan kunang-kunang yang beterbangan. So sweet kan...
Seporsi bakmi 12 rb, teh panas 2 rb, jadi kami hanya butuh 14 rb saja. He he he
Ini ngirit, medit ataupun tidak punya duit, yang jelas kami berharap cinta ini menembus langit.

Kamis, 18 September 2014

SAHABAT LAMA

Dikunjungi sahabat lama selalu menyenangkan, selalu membahagiakan.
Sepasang suami istri yang sudah sekian lama tak bertemu. Entah beberapa tahun yang lalu, sekarang mereka sudah punya cucu. Aih...punya cucu lho...
Selalu ada yang indah untuk dikenang dan diceritakan meski beberapa kejadian yang kami alami cukup absurd.
Sebuah persahabatan mengajarkan banyak hal tentang kesetiaan, kerelaan untuk mengerti dan kesediaan untuk berbagi. Itulah sebabnya, mengapa ketika bertemu bisa langsung nyambung meski sudah sangat lama tak bertemu.
Jadi ingat saat aku menjelaskan pada anak-anak di taklim remaja yang kuasuh tentang persahabatan, apa gunanya teman, sampai bagaimana memilih teman. Mengingat kecenderungan anak sekarang ini sibuk dengan gadgetnya ketika sudah pulang sekolah. Mereka jadi kurang bergaul dan bersosialisasi dengan temannya sebayanya.
Bukankah menyenangkan jika punya banyak pengalaman bersama teman-teman ?
Kala itu kuceritakan kalo bu Diatri punya banyak teman yang sudah bersahabat lebih dari 20 tahun, ada yang 28 tahun kami masih berhubungan sampai sekarang.
Anak-anak dho ndoblong mendengar ceritaku, ha ha ha.
Bagaimana tidak? Mereka baru berumur 11-12 tahun. Tak bisa mereka bayangkan...
Persahabatan bukan hal yang remeh dalam pandangan agama. Persahabatan bisa memanjangkan amal. Hingga Rasulullah shallahu 'alaihi wassalam mengajarkan salah satu bakti seorang anak kepada orangtuanya yang sudah meninggal adalah menghubungi dan menghormati sahabat-sahabat mereka.

BAGAI BIDADARI

Suatu waktu ngobrol dengan seorang gadis berusia kurang dari 25 tahun dan belum menikah. Selalu menyenangkan berbincang-bincang tentang pernikahan dan harapan tentang suami idaman, naluri "tukang kompor"mulai bekerja. Hee....
Ketika kutanya suami yang seperti apa yang diingini. Dia menjawab,"Ya suami yang sholeh dong mbak. Kalau suaminya sholeh, dia akan memperlakukan istrinya bagai bidadari".
Aku bengong. Wah....Asma Nadia banget ya?
Memperlakukan istrinya bagai bidadari ki terus seperti apa coba?
Kadang-kadang gambaran pernikahan islami di cerpen atau novel kurasa berlebihan deh. Pernikahan memang membahagiakan dan karunia yang besar dari Allah subhana wa ta'alaa, padanya ada ketenangan dan ketentraman.
Tapi apakah yang membahagiakan itu tak perlu usaha untuk mewujudkannya?
Apakah sebagaimana dongeng-dongeng, seorang putri akan bahagia selama-lamanya ketika bertemu pujaan hatinya?
Tentu saja tidak.
Sebuah rumah tangga bahagia sering kali juga diwarnai dengan air mata.
Maka cukuplah petunjuk dari Rasulullah shallahu alaihi wassalam, nikahkanlah putri dengan laki-laki beriman, jika dia mencintainya dia akan memuliakannya, dan jika dia tidak mencintainya, dia tidak akan mendzaliminya.

MAKNA TULISAN

Tulisan bisa memberi dampak begitu besar baik untuk dirinya ataupun untuk pembacanya. Kasus yang baru saja terjadi adalah satu contoh bahwa deretan huruf ttu bisa menggambarkan emosi penulisnya dan dipahami dengan emosi yang pasti tak diduga penulisnya.
Meski sering tak disadari, gerak hati seseorang terlihat pada tuilisannya.
Sewaktu kuliah saya bersama 3 teman lainnya pernah mengontrak sebuah rumah. Suatu saat salah seorang teman marah pada saya karena salah paham. Saya menulis surat minta maaf sambil menjelaskan duduk persoalannya. Surat itu saya selipkan di bawah tape di meja belajarnya. Kemudian saya pulang ke rumah. Ketika kembali ke kost, saya lihat ada balasan surat untuk saya di bawah tape yang sama. Kami baikan lagi tanpa suara, tulisan itu bisa menjembatani perasaan saya dan diterima dengan perasaan yang sama. Kami berselisih dan berdamai tanpa diketahui 2 orang teman yang lain yang tinggal serumah.
Sepertinya lucu, tapi saya belajar banyak dari kejadian itu dan mulai mengerti bahwa tulisan bisa menjadi sesuatu yang sangat bermakna ketika tepat menggunakannya.
Ketika masih terhitung pengantin baru, suami saya pernah berkaca-kaca membaca tulisan saya dan bertambahlah cintanya(ehm...ehm) tentu saja karena saya menulisnya pun dengan cinta.
Saya menulis apa yang saya rasa, saya dengar dan ingin saya ceritakan. Kadang sebenarnya nasehat untuk saya sendri. Berharap bisa memberi manfaat buat yang membaca, bukan sekedar meramaikan meski kadang suka iseng juga.
Saya baru belajar, seperti halnya hal-hal lainnya banyak yang saya mulai ketika usia tak lagi belia.

CERITA DARI PANTI 5

Sebuah sms masuk dari salah seorang anak penghuni panti asuhan yang biasa kukujungi.
"Ibu saya ingin keluar dari panti".
"Ada apa, apa yang terjadi?"
"Tidak tahu ni bu, sudah tidak kerasan saja".
Sampai di sini sms tidak kubalas, jika dia menceritakan duduk persoalannya maka kuusahakan untuk bisa menemaninya, tapi ketika jawabannya menunjukkan kegalauan saja maka biar dia bisa berpikir dulu, biar belajar untuk memahami persoalan dirinya sendiri. Untuk masalah penting seperti itu mestinya bukan berdasarkan kegalauan. Itu yang hendak kusampaikan dengan tidak kujawab smsnya.
Panti Asuhan di mana aku sering kesana bukanlah panti asuhan sebagaimana yang dikesankan di cerita-cerita, mereka semua masih punya orangtua meski tidak lengkap, pagi mereka sekolah biasa, selebihnya mereka dididik dengan pendidikan agama. Ada ustadz pengasuhnya.
Sedang yang bertanya padaku pun sudah lulus SMA yang sedianya mau melanjutkan kuliah atas biaya panti. Jadi bukannya aku kejam tho dicurhati kok tidak dibales, wajar bukan ketika aku berharap dia bersikap dewasa?.
Meski mereka anak panti asuhan, meski mereka selama ini " hidup" dari santunan, aku berharap mereka mempunyai kemandirian sikap, bisa menentukan sikap untuk kebaikan mereka sendiri, dan bukannya menjadi lemah jiwanya. Kemandiran sikap dibangun dengan mengenali apa yang jadi persoalannya, baru bisa memutuskan jalan keluar dari persoalan tersebut.
Seseorang memang cenderung bersimpati ketika mendengar kesusahan orang lain tetapi akan menjadi tidak baik ketika menjadikan sesorang berpikir orang lain harus menolongnya ketika dia merasa susah. Apalagi jika bantuan itupun harus sesuai keinginannya.

SAAT SENDIRI


Saya jarang ditinggal suami pergi dalam jangka waktu lama. Rekor terlama ditinggal cuman 10 hari, itupun setiap hari bisa bertemu, lha wong cuman ditinggal ittikaf.
Maka ketika baru- baru ini ditinggal suami diklat sebulan, saya merasakan perasaan yang bagi sebagian orang norak habis. Ya, saya merasakan rindu berat. He
Tetapi bukan itu yang mau saya ceritakan di sini. Saya baru sadar betapa kesendirian memang menyebabkan hidup sangat tidak berimbang. Awalnya saya mengira bisa berbuat banyak dengan sisa waktu yang saya punya karena tidak melayani suami ternyata juga tidak membuahkan hasil yang nyata. Karena apa? Karena ternyata kesendirian menyerap energi yang besar, energi untuk mempertahankan stabilisasi hati untuk tidak galau karena sendiri. Sendiri lebih produktif, paling tidak untuk saya sendiri tidak terbukti.
Mohon maaf, bukan maksud saya untuk semakin memojokkan bagi teman-teman yang sampai saat ini Allah mentakdirkan masih sendiri. Saya hanya ingin berbagi semangat bahwa ketika Allah menjanjikan banyak pahala yang besar dari sebuah pernikahan, bahkan Rasulullah shalallu a'laihi wassalam bersabda," menikah adalah sunnahku". Itu karena memang ada hikmah dan manfaat yang besar untuk manusia itu sendiri.
Untuk itu meski jodoh adalah rahasia Allah, maka usaha harus terus dicanangkan dan usaha terbesar adalah berdoa. Jangan pernah putus asa dalam berdoa, mengharapkan sebuah kebaikan dalam hidup tidak boleh berhenti hanya karena usia. Jika itu yang dikerjakan maka setiap detik penantian memjadi tabungan amal dan lamanya waktu untuk menunggu menjadi tidak terasa karena begitu istimewanya yang ditunggu.
Maafkan jika saya sok tahu...atau malah baru tahu?

Senin, 08 September 2014

KENANGAN HAJI 6

Ketika mau berangkat haji rasanya bahagiaa banget. Saking bahagianya terkadang sampai lupa untuk istirahat dan itu bisa berakibat buruk, paling tidak itu yang terjadi padaku.
Jam 2 malam sebelum penerbangan, aku sudah terbangun. Banyak ibu-ibu yang lain juga sudah terbangun. Salah satu mengusulkan untuk mandi besar sekalian saja karena kami masuk gelombang 2 yang berarti miqot di pesawat ketika pesawat melewati yalamlam. Maka mandi besar sebagai sunnah bagi yang hendak ihrom dilakukan sejak di donohudan. Aku mengiyakan, karena semangat itu tadi, ingin persiapan beres sejak awal. Padahal jadwal penerbangan jam 1 siang, cukup waktu untuk persiapan tanpa harus mandi besar di waktu dini hari. Setelah mandi langsung ke masjid untuk tahajud hingga sholat subuh.
Setelah sarapan, ada sisa waktu untuk istirahat. Tetapi berhubung lagi bahagia, aku ya hilir mudik saja, Apalagi sebagai jamaah termuda dipanggil sana sini untuk membantu kerepotan ibu -ibu yang sudah sepuh untuk berbagai kerepotan mereka. Sampai di sini semua sepertinya baik-baik saja.
Saat penerbangan menempuh 7 jam perjalanan, kepalaku mulai berat dan pusing, napaskupun mulai sesak. Aku mencoba untuk minum jamu t***k angin untuk menghilangkan pusing dan mencari minyak angin. Tapi upaya itu tak berhasil. Saat kepalaku makin pusing, aku bilang sama suamiku," Mas, aku pusing banget".
Suamiku pun pergi mencari dokter kloter, saat kembali dia melihat wajahku semakin pucat dan mataku terpejam meski aku masih bisa berbicara. Suamiku segera bergegas kembali untuk memanggil dokter. Saat itu aku sudah pasrah, mungkinkah aku menjadi jamaah yang meninggal di atas pesawat? Sebegitu katroknyakah diriku hingga terbang sedikit lama saja mau pingsan?
Ketika suamiku datang bersama dokter, aku sudah terkulai dan wajahku pucat pasi. Aku pingsan di atas pesawat.
Masih terdengar suara perawat yang membantu dokter kloter, "waduh, piye carane le nurokke iki?". Sesaat kehebohan terjadi. Ditangan kananku masih memegang minyak angin, didekatkannya minyak angin itu ke hidungku kemudian dipijit-pijitnya pelipisku. Beberapa menit kemudian wajahku mulai memerah dan aku pun sadar. Dokter yang memeriksaku bilang," Tidak apa-apa bu, ibu paling kecapekan dan tali jilbabnya terlalu kencang jadi darah tidak lancar ke kepala apalagi udara mulai tipis di ketinggian". Baru teringat, aku memang tidak biasa pakai jilbab yang bertali, jilbabku pun biasanya longgar.
Sisa perjalanan kulewati dengan memohon pada Allah agar memudahkan perjalananku, memberiku kekuatan dan juga istighfar, bagaimanapun segala yang berlebihan itu tidak baik.
Teringat juga saat tes kesehatan hasil rekam jantungku pun tak terlalu bagus, dokter yang memeriksaku pun menyarankan untuk konsultasi ke dokter internis, tapi itu pun tak kulakukan. Khawatir terlalu banyak yang kupikirkan. Padahal menyiapkan dan mengantisipasi setiap kemungkinan jauh lebih baik dan membuat kita lebih siap untuk beribadah. Apalagi untuk ibadah haji yang membutuhkan kekuatan fisik.
Alhamdulillah, selama menjalankan ibadah haji Allah memberi kesehatan dan kekuatan hingga pulang kembali ke tanah suci.
Mudah-mudahan bisa bermanfaat buat teman-teman yang hendak berangkat haji.

Senin, 18 Agustus 2014

STATUS FB ROMADHON



Malam bergerak menggeser hari
Udara dingin membekukan bumi
Hati tersentak malam keberapakah ini?
Betapa diri ini lalai membiarkan hari berganti
Sedang amalan tak kunjung berarti
Udara dingin yang menggenggam malam
menggugah jiwa
Mengingatkan jiwa-jiwa yang mulai lemah
Ada malam yang Allah janjikan lebih mulia dari seribu bulan

Saatnya berhenti sejenak untuk menghitung langkah
Melihat ke belakang
Merekam jejak
Mengukur yang sudah terlewat
Tak harus sampai ke ujung untuk meperkirakan hasil
Tak perlu menunggu menyesal untuk melihat kesalahan diri
Tinggal beberapa hari lagi
Masih ada kesempatan untuk berbenah diri..

Ya Allah...
Saat kami mampu menahan lapar tapi hati tak kunjung bisa sabar
Saat kami membaca ayat-ayatMu tapi tak kurang lama juga kami habiskan waktu untuk membaca perdebatan tak bermutu
Saat sholat pandangan mata kami tertunduk bukan karena khusyuk tapi karena ngantuk
Maka ampuni kami Ya Allah...
Dan terimalah amal ibadah kami..
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

KEBERSAMAAN YANG MAHAL



Salah satu murid pengajian remaja yang kuasuh pamit untuk meneruskan SMP di jakarta. "Disuruh ibu budhe," begitu dia bercerita.
Sejak kecil dia diasuh simbahnya, sedang ibu dan bapaknya kerja di jakarta. Bekerja sebagai buruh di ibukota bisa jadi tidak memungkinkan orangtuanya untuk mencari pengasuh anak untuk merawat anaknya ketika mereka bekerja, maka solusi paling mudah adalah menitipkan anaknya pada neneknya untuk diasuh.
Sangat wajar ketika si ibu berkeinginan untuk bisa bersama dengan anaknya ketika anaknya mulai besar.
Simbah muridku tadi rupanya tetap tidak sampai hati untuk melepas cucunya, bisa jadi dia khawatir keadaan cucunya karena toh bapak dan ibunya tetap bekerja dari pagi sampai sore, siapa yang mengawasi cucunya? Maka diapun ikut pindah ke jakarta.
 
Cerita menjadi mengharukan dan absurd bagiku ketika kutahu muridku itu punya adik yang sekarang baru masuk SD. Rupanya kakak beradik itu dititipkan pada simbahnya bersama buliknya. Dan sekarang adiknya itu tetap ditinggal untuk bersekolah di sini bersama buliknya.
 
Ya... Allah, betapa sulitnya mereka mencari uang, hingga penghasilan mereka takcukup untuk membeli kebersamaan dengan anak-anaknya.
 
Potret kehidupan buruh urban yang kurasa tidak cuman keluarga ini saja.
Berharap Allah menolong keluarga-keluarga senasib dengan mereka dengan memberi hidup dan kehidupan yang baik dan menjadikan anak -anak mereka menjadi anak yang sholih/sholihah,yang mandiri dan bertanggungjawab terhadap diri dan keluarganya.
Semoga Allah melindungi dan menjagamu, .

JALAN-JALAN PAGI

Salah satu segmen kehidupanku yang kusukai adalah saat jalan-jalan pagi berdua. Meski terkadang aku harus dipaksa dulu untuk mau jalan-jalan. Lumayan membuat badan segar dan banyak kejadian yang menarik yang kutemui di acara jalan-jalan itu.
Salah satunya adalah banyak rejeki yang datang menghampiri. Benar-benar menghamipiri.
Pernah saat kami berjalan mau pulang lewat rumah tetangga yang sedang memindah lele dari kolamnya karena kekurangan air maka lele-lele itu saling menggiggit, melihat kami jalan, si ibu melambaikan tangan memanggil kami,"Mbak purun masak lele?". Maka pulanglah kami dengan 3 ekor lele sebesar lengan orang dewasa.
 

Kemudian, ada lagi saat kami berjalan di depan rumah seorang teman, mereka melambaikan tangan menyuruh mampir dan membagi panenan bawalnya.
Entah apa kami seperti pengembara kekurangan bekal atau nampak suka makan, yang jelas kami tak pernah menolak rezqi, apapun itu kami terima dengan senang hati. Badan sehat kadang masih bawa rambutan, pisang ataupun pepaya. Pernah juga ada yang kasih buku.
 

Rizqi dari Allah memang bisa dari arah mana saja, kadang tanpa disadari kita bergerak menjemput rizqi kita. Meski usaha dan apa yang diperoleh tidak nyambung sekalipun.
Maka jika seseorang merasa sempit rezqinya, bisa jadi karena dia tidak mengenali rizqi yang diterima hanya karena tak sesuai dengan apa yang diinginkannya.
 

Maka memahami rezqi yang kita terima adalah langkah awal dari bersyukur kepada Allah Azza wa jalla, artinya langkah awal untuk bahagia.

KENANGAN HAJI 5

Masjid Nabawi sudah penuh meski waktu subuh masih lama ketika aku memasukinya dini hari itu. Terpaksa menggelar sajadah diantara karpet-karpet yang sudah terisi penuh oleh jamaah. Kebetulan pagi itu berangkat ke nabawi hanya berdua dengan suami tidak bareng dengan ibu-ibu jamaah lainnya. Setelah lewat waktu beberapa lamanya, tempat duduk kanan kiriku sudah terisi penuh tinggal satu tempat kosong di sisi kananku dan kiri depanku.
Tak lama berselang datang 2 orang ibu-ibu berkulit hitam, mungkin dari Sudan tapi yang jelas berkebangsaan afrika. Satu orang duduk di sisi kananku, satunya lagi duduk di kiri depanku. Karena memang hanya itu tempat duduk yang tersisa.
Ternyata ibu yang duduk di sebelahku tidak membawa sajadah, padahal lantai masjid nabawi sangat dingin, suhu di Medinah dingin sekali kala itu.
Dengan bahasa isyarat ibu berkulit hitam uang duduk di kiri depanku memintaku untuk membagi sajadahnya dengan temannya, dia sendiri sudah membawa sajadah.
Dengan bahasa isyarat juga, kubalas aku tidak kuat dengan dinginnya lantai masjid jika harus berbagi sajadah dengan temannya, kuajak dia untuk bertukar posisi denganku agar dia bisa berbagi sajadah dengan temannya. Alhamdulillah dia mengerti, kami pun bertukar posisi.
Kepahaman bisa diwujudkan jika tak ada prasangka buruk dan saling mengerti meski dengan seseorang yang tidak saling kenal, berbeda bangsa dengan bahasa isyarat pula. Asal tujuannya sama.
Lalu bagaimana bisa sepasang suami istri bisa berselisih paham hingga level mengkhawatirkan hanya karena masalah sepele bahkan kadang karena masalah di luar kepentingan mereka sendiri? Jelas mereka telah hidup berdua, berbicara dengan bahasa yang sama pula.
Bisa jadi karena ada prasangka dari salah satu pasangan, ketidakmauan untuk mengerti atau tujuan mereka berdua yang mulai tidak sama.
Wallahu alam.

Jumat, 04 Juli 2014

KEMUDAHAN

Suatu pagi aku berjalan kaki ke rumah saudara. Di jalan bertemu dengan tetanggaku, sudah berusia lanjut, dengan menenteng beban di kedua tangannya. Satu keranjang belanjaan, satunya tabung gas 3 kiloan. Karena jalanku searah, maka setelah kusapa, kuambil tabung gasnya, sambil berkata, "Kula betakke bu".
Untungnya tidak terlalu jauh, bukan karena pecitraan tapi memang aku tidak begitu kuat bawa beban sakjane. He he he.
Sambil jalan kubertanya pada simbah itu,"Kok mboten ken dugekke mawon bu".
"Ora gelem mbak, wong gas cilik nek sing gedhe kae yo gelem", jawab ibu itu.

Malam harinya aku teringat kejadian tadi dan baru sadar kalo selama ini aku hampir tidak pernah pergi mencari gas sendiri. Driku yang masih terhitung muda dibanding ibu itu yang usianya hampir 2x usiaku, gas selalu bisa minta diantar ke rumah meski gas 3 kiloan sekalipun. Apapun sebabnya, harus diakui Allah telah memberi kemudahan lebih bagiku. Sebuah kemudahan yang tak kusadari.
Ternyata banyak kemudahan -kemudahan hidup yang tak kita sadari, kita anggap wajar sajalah kemudahan itu kita dapatkan. Padahal sejatinya kemudahan hidup itu adalah kenikmatan yang tak semua orang mendapatkannya.
 

Jika kita tak menyadarinya, mungkinkah kita akan bisa mensyukurinya?
Kemudahan yang kita dapatkan ini bisakah membawa kita untuk lebih mudah taat kepada Allah Ta'alaa?
Ada banyak pertanyaan yang bisa kita tanyskan pada diri srndiri, untuk memperbaiki diri sendiri, agar kemudahan yang Allah beri menjadi sebab untuk kemudahan kita selanjutnya di akhirat nanti.

LALAI

Suatu malam sekitar jam 2 dini hari, aku terbangun berasa ingin ke kamar mandi. Ketika keluar kamar, aku terperanjat kaget, ada 2 kucing melintas tepat di depanku. Deg, jantungku berdetak cepat. Aku tidak punya kucing, lalu darimana mereka masuk? Dengan berdebar-debar aku berjalan ke arah pintu depan, jangan-jangan….tepat sekali dugaanku, pintu depan terbuka. Agak gemetar segera kututup pintu depan.
Ya…Allah terima kasih atas perlindunganMu, pintu depan lupa tidak kami tutup bukan hanya sekedar tidak dikunci. Saat itu kami memang benar-benar lalai menutup pintu, pintu terbuka bukan karena di masukin orang, karena memang tidak satupun barang kami hilang. Kebetulan rumah kami terhalang rumah Ibu dari jalan depan, itu salah satu hal yang menyelamatkan.
 
Tetapi bagaimanapun, ini adalah kelalaian. Dan ketika kelalaian tidak berakibat keburukan adalah satu nikmat karena Allah berkehendak melindungi dan menghindarkan kami dari sebuah kejahatan. Dan yang namanya kelalaian tentu bukan untuk diulangi, karena jika kelalaian itu kami ulangi atau parahnya disengaja, sangat bisa kejadiannya akan berbeda.
 
Demikian pula dengan kesalahan-kesalahan kita, jika Allah berkehendak menutup aib-aib kita maka orang lain tak akan tahu kemaksiatan yang kita lakukan. Allah melindungi kita dari akibat buruk kelalaian atau kesalahan kita di dunia sedang di akhirat tetap ada pertanggungjawabannya selagi kita tidak mohon ampun dan bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla. Kesempatan memperoleh ampunan Allah terbuka lebar di bulan Romadhon yang akan kita masuki, hingga Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda sangat rugi orang yang mendapatibulan romadhon dan tidak mendapat ampunan. Kesalahan kita tak hanya ditutupi tetapi juga dihapuskan dan Allah ganti dengan pahala yang tanpa batas sebagaimana yang Allah janjikan.
Sebuah kelalaian besar jika sampai kesempatan ini terlewat begitu saja.

Senin, 16 Juni 2014

KEMISKINAN

Saya mengenal sebuah keluarga miskin di sebuah desa di kulon Progo, tidak terlalu pelosok hanya berjarak sekitar 6 km dari jalan negara. Kemiskinan keluarga itu sangat jelas terlihat dari kondisi rumahnya yang berdinding bambu tanpa pondasi, lantai rumahnya sama dengan halaman depan rumahnya, nyaris tak ada perabot di rumah itu, hanya meja dan kursi kayu beserta dipan kayu. Saking miskinnya mereka juga tak punya lemari yang cukup memadai sehingga akte kelahiran anaknya pun hanya diselipkan diantara dinding bambu, sehingga saat dibutuhkan ketika anaknya hendak menikah, akte kelahiran anaknya sudah di makan rayap.
Tetapi dengan kondisi yang seperti itu, keluarga itu tidak mendapat bantuan BLT dulu itu.Ketika kami berkunjung, si bapak juga tidak menunjukkan kalo dia kecewa tidak mendapat BLT bahkan dengan tetap berprasangka baik kepada pemerintah dan aparat setempat yang tidak memberikan haknya. Dan kuyakin bapak itu tulus ketika mengatakannya.
Kemiskinan keluarga ini mengharukan tetapi tidak menyedihkan karena mereka mensikapi kemiskinannya dengan sikap yang benar, tetap bersyukur dan memiliki sifat-sifat yang mulia dalam kemiskinannya. Dengan prinsip hidup yang seperti itu ketika Allah longgarkan rezeki mereka dengan cepat mereka akan bisa memperbaiki kualitas hidup mereka. Demikianlah yang terjadi pada keluarga itu saat ini.
Ada satu lagi kisah keluarga miskin yang lainnya, meski tak semiskin keluarga 1 tadi tetapi tak pernah berhenti mengeluhkan kemiskinannya bahkan saat panen sekalipun. Ketika anaknya tidak mau sekolah lagi dan ada pihak-pihak yang berusaha membantu, si ibu membela sikap anaknya dengan beralasan si anak tidak mau meberatkan orangtuanya. Tetapi ibu ini sama sekali tidak melarang ketika anak yang tidak sekolah tadi menghabiskan gaji sebulan dia kerja untuk rebonding rambutnya.
Kemiskinan seperti ini menyedihkan tetapi tidak mengharukan.
Demikianlah memberantas kemiskinan tidak sekedar meningkatkan pendapatan mereka saja, tak sesederhana itu.
Rasulullah mengajarkan doa untuk berlindung dari kefakiran, itu artinya kita memohon kepada Allah subhana wa Ta'alaa agar terhindar dan dijauhkan dari kefakiran. Akan tetapi Rasulullah juga mengajarkan bahwa kaya itu bukan pada banyaknya harta tetapi kayanya hati.
Begitulah Rasulullah mengajarkan hakekat harta itu pada umatnya.
Wallahu a'lam bishawwab.

CINTA 3

Ketika cinta kita bermuara sama
Kesenyapan bukanlah kehampaan
Bertemunya kita menyamakan
Berpisahnya kita menggenapkan
Bukan cinta kita yang menghilangkan segala hambatan
Tetapi cinta kita kepadaNyalah yang memudahkan
Genggamlah tanganku untuk bisa
Menggenggam lebih erat cinta kita kepadaNya

MENJAGA ADAB



Suatu hari ada anak seusia SD, putri, datang ke apotek membeli tablet hisap vitamin C. Ketika dia sudah menerima vitamin yang diinginkannya, dia memberikan uang dengan cara melemparkannya. Kebetulan kejadian itu kulihat langsung, secara reflek kuambil uang itu, sambil berkata, “Bukan begitu cara memberi uang, coba diulangi, berikan dengan baik”.

Sesaat anak itu terperangah, kemudian dia mengambil uang itu lagi dan mengulangi memberikannya, sambil berkata, “nggih Bu”.

Saya bukan orangtua yang nyinyir, yang sedikit-sedikit ngomel tetapi melihat kejadian seperti itu, tidak rela bener deh. Bukan karena tersinggung, tetapi tidak rela ada anak bersikap tidak sopan, kok tidak diberitahu yang benar bagaimana. Paling tidak berharap diriku ikut peduli terhadap kebaikan prilaku seorang anak. Meski aku tidak mengenalnya.

Mudah-mudahan teguranku itu bermanfaat buat anak tersebut