Dulu
ada film animasi berjudul chalkzone atau dunia kapur. Peran utama dalam
film itu adalah Rudi tabhotee, seorang anak kecil yang bertualang dengan
kapur ajaibnya. Setiap goresan kapurnya seakan akan hidup dan dia
bertualang di dunia goresan kapurnya bersama teman-temannya.
Entah kenapa, akhir2 ini teringat kembali film itu yang kutonton dulu ketika menemani ponakanku. Mungkin karena melihat bahwa di dunia nyata dan duniia dewasa ternyata ada juga yang membangun dunianya dengan persepsinya sendiri bagaikan dunia kapur rudi tabuti. Bukan dengan kapur ajaib tentu saja tetapi dengan kata-katanya yang berbuih-buih, dan dengan khayalannya. Dia hidup di dunia yang dibangun oleh khayalannya sendiri seakan-akan nyata meski itu tak bisa diterima kebanyakan orang bahkan bertabrakan dengan norma dan nilai nilai agama. Dunia kamuflase ini bisa di dunia maya ataupun dunia nyata.
Lebih parah lagi jika dia memerangkap orang lain untuk masuk ke dunia kapurnya. Dengan kepandaiannya berkata-kata berhasil menyakinkan orang untuk mengakui dunia kapurnya sebagai dunia nyata. Seseorang yang terperangkap ini sering tidak sadar bahwa dia terperangkap kamuflase dan mengikuti presepsi pemilik dunia kapur tersebut. Namanya kamuflase tentu saja merugikan.
Dibutuhkan ilmu dan kesadaran agar kita tidak mudah dibawa masuk ke dalam kamuflase seperti ini, agar kita dapat terus berpijak pada kenyataan dan mendasari hidup kita dengan nilai-nilai agama sepenuh kesadaran kita.
Entah kenapa, akhir2 ini teringat kembali film itu yang kutonton dulu ketika menemani ponakanku. Mungkin karena melihat bahwa di dunia nyata dan duniia dewasa ternyata ada juga yang membangun dunianya dengan persepsinya sendiri bagaikan dunia kapur rudi tabuti. Bukan dengan kapur ajaib tentu saja tetapi dengan kata-katanya yang berbuih-buih, dan dengan khayalannya. Dia hidup di dunia yang dibangun oleh khayalannya sendiri seakan-akan nyata meski itu tak bisa diterima kebanyakan orang bahkan bertabrakan dengan norma dan nilai nilai agama. Dunia kamuflase ini bisa di dunia maya ataupun dunia nyata.
Lebih parah lagi jika dia memerangkap orang lain untuk masuk ke dunia kapurnya. Dengan kepandaiannya berkata-kata berhasil menyakinkan orang untuk mengakui dunia kapurnya sebagai dunia nyata. Seseorang yang terperangkap ini sering tidak sadar bahwa dia terperangkap kamuflase dan mengikuti presepsi pemilik dunia kapur tersebut. Namanya kamuflase tentu saja merugikan.
Dibutuhkan ilmu dan kesadaran agar kita tidak mudah dibawa masuk ke dalam kamuflase seperti ini, agar kita dapat terus berpijak pada kenyataan dan mendasari hidup kita dengan nilai-nilai agama sepenuh kesadaran kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar