Senin, 20 Januari 2014

KENANGAN HAJI 2

Ketika kami menjalankan ibadah haji tahun 2008, pondokan kami berada di Syauqiyyah, sebuah pemukiman penduduk di pinggiran kota mekah. Jarak ke masjidil Haram "hanya" 14 km saja.
Jarak yang jauh dan transportasi yang sulit dan tidak memadai membuat jamaah terutama yang sepuh-sepuh tidak bisa mandiri untuk pergi ke Masjidil Haram. Bapak/ibu yang sepuh menunggu ada jamaah yang berusia muda baru kemudian ikut berangkat ke masjidil Haram.Suamiku termasuk favorit untuk diikuti, jadinya kami selalu pergi berombongan dan tak pernah bisa pergi berdua saja.
Suatu saat kami merencanakan pergi berdua saja. Jam 2 malam, suamiku membangunkanku, karena jamaah putri dan putra di kamar terpisah. Dalam gelap dan diam-diam aku bersiap-siap dan meninggalkan kamar dengan berpamitan pada satu jamaah yang kebetulan terbangun.
Pelarian kami sukses dan kami berhasil pergi berdua. Dalam. perjalanan kami berpandangan, dan perasaan kami sama, rasanya seperti pacaran diam-diam  Rasa senang, campur perasaan bersalah, fan malu juga karena mementingkan diri sendiri . Padahal wajar saja bukan jika kami pengin berdua? Perjalanan ke tanah suci adalah perjalanan istimewa dan kami ingin punya momen khusus.
Tapi situasi dan kondisi memang memberikan yang lain buat kami dan itu tidak sebagaimana yang kami bayangkan.
Selesai sholat subuh, kami jalan-jalan sampai ke Ma'la, di sana kami beli kurma segar yang kebetulan kami temui umtuk menebus perasaan bersalah kami, bene lho rumangsa salah meninggalkan orang-orang tua yang tidak bisa bepergian sendiri.
Sesampainya kembali ke pondokan, sambil malu-malu kami minta maaf telah pergi tidak ajak-ajak. Ada yang menyesalkan sebagian besar maklum. Namanya juga masih muda.
Setelah itu kami dengan sukatela pergi bersama dengan bapak/ibu berapapun jumlahnya meski untuk itu harus rela menungguin atau berjalan lambat agar tidak ada yang terpisah.
Satu pelajaran penting dari pelarian kami adalah ternyata tidak enak msmentngkan keinginan sendiri dengan mengabaikan kepentingan orang-orang tua yang membutuhkan keberdamsan kita.
Dan rupanya itu berlaku juga setelah kembali ke tanah air, dalam kehidupan sehari-sehari kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar