Biasanya tak ada perasaan apa-apa ketika masuk RS PKU Yogyakarta, entah sudah beberapa puluh kali untuk membezuk saudara, tetangga atau sahabat.
Tetapi sore itu ketika bersama suami, ibu mertua dan beberapa tetangga untuk menjenguk tetangga kami, tiba-tiba aku teringat kejadian beberapa belas tahun yang lalu.
Di sana di depan ruang periksa itu aku duduk dengan wajah pucat menunggu giliran, pandanganku berkunang-kunang nyaris mau pingsan. Kemudian pandanganku menoleh ke sebelah kanan koridor, dulu di sana ruang USG. Aku pernah duduk menunggu di sana ditemani suami dengan kecemasan dan keresahan yang tak terjemahkan.
Ketika waktu maghrib tiba dan kami sholat maghrib di masjid RS, kembali aku teringat, aku pernah juga duduk di pojokan sana waktu itu.
Tak terasa air mataku mengalir. Ya Rabbi, ujianMu datang ketika kami baru saja melangkah dan rasa cinta itu pun belum sepenuhnya tumbuh.
Air mata ini bukan air mata penyesalan bukan juga mengasihani diri sendiri, tetapi syukur atas pertolonganMu atas kesempatan yang Kau berikan padaku, kalau bukan karena rahmatMu tak tahu bagaimana aku melewatinya. Betapa mudahnya Allah mengangkat rasa sakit itu, menghilangkannya bahkan melupakannya sehingga seringkali lupa bahwa aku pernah sakit sesakit itu.
Mengingat kenangan pahit masa lalu sesekali perlu untuk menumbuhkan rasa syukur, melembutkan hati dan menguatkan keyakinan akan pertolongan Allah.
Dan genggaman tangan itu semakin kurasa erat.
Tetapi sore itu ketika bersama suami, ibu mertua dan beberapa tetangga untuk menjenguk tetangga kami, tiba-tiba aku teringat kejadian beberapa belas tahun yang lalu.
Di sana di depan ruang periksa itu aku duduk dengan wajah pucat menunggu giliran, pandanganku berkunang-kunang nyaris mau pingsan. Kemudian pandanganku menoleh ke sebelah kanan koridor, dulu di sana ruang USG. Aku pernah duduk menunggu di sana ditemani suami dengan kecemasan dan keresahan yang tak terjemahkan.
Ketika waktu maghrib tiba dan kami sholat maghrib di masjid RS, kembali aku teringat, aku pernah juga duduk di pojokan sana waktu itu.
Tak terasa air mataku mengalir. Ya Rabbi, ujianMu datang ketika kami baru saja melangkah dan rasa cinta itu pun belum sepenuhnya tumbuh.
Air mata ini bukan air mata penyesalan bukan juga mengasihani diri sendiri, tetapi syukur atas pertolonganMu atas kesempatan yang Kau berikan padaku, kalau bukan karena rahmatMu tak tahu bagaimana aku melewatinya. Betapa mudahnya Allah mengangkat rasa sakit itu, menghilangkannya bahkan melupakannya sehingga seringkali lupa bahwa aku pernah sakit sesakit itu.
Mengingat kenangan pahit masa lalu sesekali perlu untuk menumbuhkan rasa syukur, melembutkan hati dan menguatkan keyakinan akan pertolongan Allah.
Dan genggaman tangan itu semakin kurasa erat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar