Ada pelanggan apotek, seorang bapak, masih muda sepertinya juga
cukup berpendidikan, setiap kali hendak membeli obat yang dibutuhkannya, dia
selalu memilih dengan pertimbangan cukup rumit. Dikata rumit karena dia banyak
bertanya, banyak memilih dan memperhitungkan harga sebelum akhirnya menentukan
keputusan. Setelah itu masih memastikan jumlah yang harus dibayar dengan
menghitungnya sendiri. "Mosok to mbak, dia bawa kalkulator
sendiri", begitu anak-anak bercerita. Setelah jumlah beres maka dia
membayar dengan penegasan" Artane 50 ribu mbak", selalu dia
mengatakan jumlah uang yang diserahkannya.
Anak-anak sering menggerutu ketika menghadapi bapak tadi.
"Sudahlah tidak apa-apa, biarkan saja, barangkali hidupnya sedang sulit sehingga dia harus benar-benar berhitung dengan uangnya, mudah-mudahan kita nanti juga dimudahkan Allah ketika kita mengalami kesulitan,"nasehatku pada anak-anak.
"Sudahlah tidak apa-apa, biarkan saja, barangkali hidupnya sedang sulit sehingga dia harus benar-benar berhitung dengan uangnya, mudah-mudahan kita nanti juga dimudahkan Allah ketika kita mengalami kesulitan,"nasehatku pada anak-anak.
Kesusahan yang dialami oleh seseorang tidak selalu sama
ekspresinya. Ada yang nampak pada
ekspresi wajahnya, ada yang terucap langsung, ada pula yang nampak dari perilaku tertentu dari
kesehariannya. Paling nampak jelas dari cara dia berbelanja, bisa dipahami
karena sebagian besar kesusahan seseorang disebabkan faktor ekonominya.
Kepekaan seseorang terhadap kesusahan orang lain banyak dipengaruhi
keringanan hatinya dalam menolong orang lain. Semakin sering dia menolong orang
lain semakin peka dia bisa melihat kesusahan orang lain, meski tak
terkespresikan sekalipun. Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda,”Barangsiapa
yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin pasti Allah akan melepaskan satu
kesusahannya di hari kiamat ( HR.Muslim)
Jika tidak bisa menolong
orang lain secara langsung, paling tidak kita tidak menyusahkan dia dengan
sikap kita melihat kesusahannya.
Belum lama ini, aku bertemu dengan bapak itu, dia sudah tidak
serumit dulu dan sudah tidak bawa
kalkulator sendiri. Mungkin bapak itu sudah percaya pada kami atau bisa juga
usahanya sudah maju dan hidupnya tidak sesusah dulu. Semoga saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar