Di
hari minggu pagi itu, seorang anak panti datang ke rumahku. Pagi hari
tadi saat bertemu di pengajian ahad pagi, anak itu terlihat bete.
Sesudah kusapa dia, kukeluarkan minum dan makanan sekedarnya. Setelah terlihat tenang kutanya dia" kok sendirian, tidak bilang ya sama teman - teman kalo mau ke sini?"
"Nggak bu, sama ibu(ibu pengasuh) juga tidak" jawabnya.
"Kenapa?"
" Bete bu, abis ngaji masuk kamar, diam, tapi rasanya kok makin sumpek kayak mau pecah, trus ambil sepeda ke sini bu", ceritanya membuka percakapan kami pagi itu.
Menurut ceritanya dia bersepeda sambil emosi meluap ingin menumpahkan kesuntukan hatinya itu. Jarak yang ditempuh untuk sampai ke rumahku hampir 7 km jauhnya.
Seorang remaja dengan kegalauan yang besar mempunyai energi yang sangat tinggi untuk menuntaskan kegalauannya. Jika dalam emosi bisa bersepeda dengan kecepatan penuh sejauh 7 km, bayangkan saja, sampai di mana dia jika punya sepeda motor.
Maka dia akan pergi kemana yang dekat di hati/pikiran mereka, pada apa yang mereka nilai bisa menyelesaikan problem mereka. Problem mereka seringkali di pandang remeh sama orang dewasa tetapi apapun yang mereka rasakan tetap harus ditanggapi serius karena mereka memang baru belajar untuk menyelesaikan persoalan mereka. Kesalahan dalam mensikapi problem mereka bisa berdampak pada ketidakmampuan mereka menyelesaikan persoalan di masa depannya.
Setelah mendengar ceritanya, berdiskusi dan dia sudah terlihat tenang. Kukatakan padanya, " Sudah lega to ?". "Pulanglah, hadapi kenyataan, selesaikan persoalanmu dengan teman-temanmu"
"Kalo ibu marah gimana bu?
' Minta maaf dong, kamu memang salah lain kali jangan pergi tanpa pamit"
"Ya bu" Dia sudah bisa tersenyum. Senang melihatnya.
Ketika kuantar pulang, kulihat tas ransel besar di sepedanya.
"Bawa apa itu?"
"Rukuh bu tadi penginnya mau sampai sore di sini", jawabnya sambil tersenyum.
"Jangan suka melarikan diri lama-lama, tidak baik " pesanku dambil mengantar dia pulang.
Beberapa minggu kemudian bertemu dengannya.
Dia tersenyum manis sambil berkata," Selesai bu semuanya, tuntas".
Senang sekali dia sudah berhasil menyelesaikan persoalannya. Mudah-mudahan Allah selalu menjagamu dan menjadikan kalian semua anak-anak yang mandiri bertanggungjawab dan bertaqwa kepada Allah subhana wa taala
Sesudah kusapa dia, kukeluarkan minum dan makanan sekedarnya. Setelah terlihat tenang kutanya dia" kok sendirian, tidak bilang ya sama teman - teman kalo mau ke sini?"
"Nggak bu, sama ibu(ibu pengasuh) juga tidak" jawabnya.
"Kenapa?"
" Bete bu, abis ngaji masuk kamar, diam, tapi rasanya kok makin sumpek kayak mau pecah, trus ambil sepeda ke sini bu", ceritanya membuka percakapan kami pagi itu.
Menurut ceritanya dia bersepeda sambil emosi meluap ingin menumpahkan kesuntukan hatinya itu. Jarak yang ditempuh untuk sampai ke rumahku hampir 7 km jauhnya.
Seorang remaja dengan kegalauan yang besar mempunyai energi yang sangat tinggi untuk menuntaskan kegalauannya. Jika dalam emosi bisa bersepeda dengan kecepatan penuh sejauh 7 km, bayangkan saja, sampai di mana dia jika punya sepeda motor.
Maka dia akan pergi kemana yang dekat di hati/pikiran mereka, pada apa yang mereka nilai bisa menyelesaikan problem mereka. Problem mereka seringkali di pandang remeh sama orang dewasa tetapi apapun yang mereka rasakan tetap harus ditanggapi serius karena mereka memang baru belajar untuk menyelesaikan persoalan mereka. Kesalahan dalam mensikapi problem mereka bisa berdampak pada ketidakmampuan mereka menyelesaikan persoalan di masa depannya.
Setelah mendengar ceritanya, berdiskusi dan dia sudah terlihat tenang. Kukatakan padanya, " Sudah lega to ?". "Pulanglah, hadapi kenyataan, selesaikan persoalanmu dengan teman-temanmu"
"Kalo ibu marah gimana bu?
' Minta maaf dong, kamu memang salah lain kali jangan pergi tanpa pamit"
"Ya bu" Dia sudah bisa tersenyum. Senang melihatnya.
Ketika kuantar pulang, kulihat tas ransel besar di sepedanya.
"Bawa apa itu?"
"Rukuh bu tadi penginnya mau sampai sore di sini", jawabnya sambil tersenyum.
"Jangan suka melarikan diri lama-lama, tidak baik " pesanku dambil mengantar dia pulang.
Beberapa minggu kemudian bertemu dengannya.
Dia tersenyum manis sambil berkata," Selesai bu semuanya, tuntas".
Senang sekali dia sudah berhasil menyelesaikan persoalannya. Mudah-mudahan Allah selalu menjagamu dan menjadikan kalian semua anak-anak yang mandiri bertanggungjawab dan bertaqwa kepada Allah subhana wa taala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar