Sabtu, 17 Agustus 2013

MASA TUA

Ada seorang bapak-bapak, sudah lama pensiun, menjadi pasien langganan apotek. Sering beliau datang untuk menebus obat yang diresepkan dokternya atau bertanya untuk mengatasi berbagai keluhannya. "Mbak Apoteker", begitu biasanya bapak itu menyapaku.
Pernah suatu saat bapak itu datang ke apotek " Mbak, aku ki kesel banget, obate apa? Meng nyapu latar we kok kesel'.
"Latar'e ingkang disapu sepinten pak?", tanyaku.
" Yo... rong kebon kae, le nyapu kat mau esuk nganti jam sewelas iki mau rung rampung". Ha ha ha bagamana tidak capek coba, kalo aku sudah tepar menyapu seluas itu.
Hingga ketika sang bapak mulai sakit-sakitan dan tidak bisa berjalan, interaksi kami masih berlangsung, beliau menelepon apa yang dibutuhkannya, selang bebetapa lama datanglah utusannya, entah pembantunya, tetangga, atau keponakannya. Bapak ini tinggal seorang diri tanpa istri, tanpa anak.
Ketika bapak itu semakin lemah maka ada keponakannya, sepasang suami istri yang menjadi penyambung antara kami dengan bapak itu. Setiap hari suami istri tadi mondar mandir dari rumahnya ke rumah bapak tadi untuk mengurus keperluan bapak tadi. Jika ada yang diinginkannya, maka mereka berdua mampir ke apotek.
"Mbak, pakde nyuwun vitamin", itu salah satu contoh permintaannya, maka kami langsung tahu apa yang dimintanya. Segala terapi suportif yang dimintanya jika dibilang dari apotek, sang bapak tidak protes.
Di bulan romadhon kemarin, di bulan yang penuh berkah, Allah memanggilnya. Semoga bapak itu diberi khusnul khotimah, Allah menerima semua amal ibadahnya dan mengampuni semua dosanya.
Ketika aku takziah, dan bertemu dengan keponakan bapak tadi, ibu itu berkata," Maturnuwun nggih mbak, pun ndherek ngladosi pakdhe".
Tentu saja, aku merasa ibu itu terlalu berlebihan berterima kasih padaku, itu terucap karena kerendahan hati beliau saja.
Sampai beberapa lama ucapan itu masih terngiang di telinga. Bukan karena aku merasa pantas mendapat ucapan itu tetapi kondisi bapak itu tadi yang membuatku jadi merenung. Seorang diri di usia tuanya, toh Allah tidak meninggalkannya seorang diri. Ada yang Allah kirim padanya untuk merawat dia, dan sangat jadi kedekatan hubungan kami adalah bentuk kasih sayang Allah kepadanya, hanya Allah jadikan kami sebagai perantaranya.
Sebagaimana halnya bayi yang hadir tak berdaya ketika hadir di dunia, Allah hadirkan orang-orang dewasa di sekelilingnya untuk merawat dan menolongnya hingga bayi itu tumbuh dewasa, maka demikian pula Allah akan hadirkan orang-orang muda di sekeliling orangtua untuk merawat dan melayaninya. Semuanya itu mudah bagi Allah azza wa jalla.
Yang kita harus kita lakukan hanya tawakal, yakin pada pertolongan Allah dan menjaga ketaatan kita kepadaNya maka tak akan pernah ada bayang-bayang suram masa tua. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar