Suatu saat aku dan suami bepergian naik motor. Tatkala hendak
menyalip sebuah truk gandengan dari arah kanan, tepat sampai di posisi tengah
truk, kurasakan ban belakang motor bocor. Deg, sesaat motor goyang, aku diam
saja, tidak bergerak dan tidak bicara, hanya doa dalam hati semoga kami
selamat.Detk berikutnya motor kembali tenang dan terus melaju hingga truk
tersalip dan motor berhenti dengan selamat di tepi jalan. Ban belakang motor
kempes sempurna.
Kuhembuskan napas lega.
"Alhamdulillah, untung kowe meneng wae Di ", kata suamiku.
"Alhamdulillah, untung kowe meneng wae Di ", kata suamiku.
Lama kejadian itu berlalu, tetapi masih terus kuingat. Bukan hanya
mengingat nikmat Allah yang telah menyelamatkan kami dari kejadian yang tak
terduga, tetapi kejadian itu memberi pelajaran padaku. Dalam situasi genting
seperti saat itu ternyata kepercayaan seorang istri kepada suaminya menyebabkan
seorang istri bisa bersikap tenang, dan ketenangan istri inilah yang menolong
suami mengatasi situasi kritis yang terjadi.
Bukankah hidup ini juga sebagaimana halnya kita melakukan
perjalanan? Ada saat -saat genting, ada kejadian tak terduga, ada saatnya
perjalanan tenang dan nyaman.
Tentu saja hal ini tak bisa dipahami jika kepercayaan suami istri
tak dibangun sejak awal. Maka saat terjadi krisis, konflik akan terbuka,
alih-alih masalah terselesaikan malah tambah masalah karena kecurigaan dan
prasangka buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar