Rabu, 23 Desember 2015

MENGHARGAI USAHA SENDIRI

Kemarin ada seorang medrep sebuah produsen obat generik datang ke apotek. Dulu saat awal dia mulai kerja sering datang ke apotek, menawarkan obat generik yang dia bawa sembari bercerita tentang kesulitan dia mengejar target penjualan yang di bebankan padanya.

Beberapa bulan kemudian dia tidak muncul di apotek.

Baru kemarin dia datang lagi membawa sebuah produk susu kedelai.
"Saya sudah tidak di **labs lagi bu, saya sudah keluar", katanya mengawali ceritanya siang itu.
"Sekarang saya bawa ini, dan merintis usaha bisnis kuliner bersama istri saya".

"Oh, sudah jadi menikah? Selamat ya ..Moga barakah, jadi keluarga sakinah,"kataku. Seingatku dia pernah cerita sedang mempersiapkan pernikahannya.
"Saya buat nasi kuning Banjarmasin sesuai daerah asal istri saya, dibungkus pakai mika itu bu. Malam itu saya racik-racik sampai jam 9. Jam 2 saya mulai masak nasinya, jam 4 saya sudah keluar nitipkan nasi kuning itu. Alhamdulillah nitip 20 habis.
Sebelumnya saya buat nasi kuning yang biasa itu bu, tapi tidak begitu laku. Yang kembali banyak, nitip 10 kembali 6. Jadi gak semangat, setelah ganti resep. Alhamdulillah habis terus. Kemarin dapat pesanan 40 bungkus", ceritanya penuh semangat.
"Sekarang habis berapa bungkus perhari?"
"Target kami 50 bungkus/perhari, tapi sampai sekarang belum tercapai. Tidak apa-apa bu, insya Allah nanti tercapai", mengakhiri ceritanya.

Selang kemudian dia pun pamit.

Senang sekali melihat semangat dan ketangguhannya. Seorang anak muda, penampilannya keren juga, seorang pengantin baru. Mau bekerja keras untuk memulai usaha dengan suatu usaha yang terlihat kecil, berapalah laba dari 20 bungkus nasi kuning? Tapi tetap optimis dan gembira meski hasil yang di dapat belum besar.

Jarang melihat seorang muda yang bisa memandang besar usahanya sendiri meski hasil itu masih kecil, mudah-mudahan kelak Allah akan menjadikan usaha kecilnya itu menjadi besar dan mencukupinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar