Seorang laki-laki muda, dengan penampilan seadanya mendaftarkan
putrinya di sebuah RS milik pemerintah. Dokter yang memeriksa putrinya
menyarankan agar sang anak menjalani operasi . Maka sore itu dia datang
bersama istri dan anaknya untuk mulai menjalani rawat inap, karena
jadwal operasi telah ditetapkan keesokan harinya.
Tanpa banyak kata, diselesaikan satu-satu persyaratan administrasi yang diperlukan. Sementara istrinya dengan kemurungan yang sama duduk menanti bersama anak perempuannya dengan kediaman yang tidak berbeda. Tak ada niat untuk mencari tahu apa saja berkas yang harus diisi dan ditanda tangani suaminya, juga tak ada pertanyaan kamarnya nanti di mana, klas berapa dan kerepotan lainnya yang acap kali dipertanyakan bagi mereka yang punya banyak pilihan.
Tak berapa lama, suaminya menoleh dan berkata, “ Bu, tanda tangan”.
Pelan saja suara suaminya dengan nada yang tak yakin apakah istrinya bisa tanda tangan.
Istrinya ragu-ragu mendekat. Selesailah sudah urusan, tinggal menunggu perintah untuk masuk ke bangsal rawat inap yang disediakan.
Tersentuh aku melihat fragmen itu, ekspresi dari jiwa-jiwa sederhana yang tak punya banyak pilihan dan juga kesempatan memilih. Apa yang akan mereka terima, mereka pasrahkan sepenuhnya pada takdir yang telah ditetapkan untuk mereka. Tanpa prasangka, semua diterima apa adanya.
Mungkin mereka sendiri, mungkin mereka tak punya daya, tak banyak orang yang akan memperhatikan dan merisaukan keadaan mereka tapi sesungguhnya rahmat dan kasih sayang Allah hadir pada penderitaan mereka melalui perintah-perintahNya kepada umatnya untuk menyayangi dan menolong orang yang lemah di antara kita.
Sesungguhnya nikmat itu tidak hanya berupa berlimpahnya harta, tetapi juga ringannya hati untuk menolong dan menyayangi mereka yang lemah dan membutuhkan karena dari situlah kedekatan kepada Allah Subhana Wa Ta'alaa dapat kita raih. Tentu jika semuanya hanya ikhlash karenaNya.
Tanpa banyak kata, diselesaikan satu-satu persyaratan administrasi yang diperlukan. Sementara istrinya dengan kemurungan yang sama duduk menanti bersama anak perempuannya dengan kediaman yang tidak berbeda. Tak ada niat untuk mencari tahu apa saja berkas yang harus diisi dan ditanda tangani suaminya, juga tak ada pertanyaan kamarnya nanti di mana, klas berapa dan kerepotan lainnya yang acap kali dipertanyakan bagi mereka yang punya banyak pilihan.
Tak berapa lama, suaminya menoleh dan berkata, “ Bu, tanda tangan”.
Pelan saja suara suaminya dengan nada yang tak yakin apakah istrinya bisa tanda tangan.
Istrinya ragu-ragu mendekat. Selesailah sudah urusan, tinggal menunggu perintah untuk masuk ke bangsal rawat inap yang disediakan.
Tersentuh aku melihat fragmen itu, ekspresi dari jiwa-jiwa sederhana yang tak punya banyak pilihan dan juga kesempatan memilih. Apa yang akan mereka terima, mereka pasrahkan sepenuhnya pada takdir yang telah ditetapkan untuk mereka. Tanpa prasangka, semua diterima apa adanya.
Mungkin mereka sendiri, mungkin mereka tak punya daya, tak banyak orang yang akan memperhatikan dan merisaukan keadaan mereka tapi sesungguhnya rahmat dan kasih sayang Allah hadir pada penderitaan mereka melalui perintah-perintahNya kepada umatnya untuk menyayangi dan menolong orang yang lemah di antara kita.
Sesungguhnya nikmat itu tidak hanya berupa berlimpahnya harta, tetapi juga ringannya hati untuk menolong dan menyayangi mereka yang lemah dan membutuhkan karena dari situlah kedekatan kepada Allah Subhana Wa Ta'alaa dapat kita raih. Tentu jika semuanya hanya ikhlash karenaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar