Anak muda itu bekerja dalam diam, tak pernah mengeluh, tak mengenal rasa lelah dan setiap di sapa selalu senyum meski nyaris semua pekerjaan di masjd itu dia yang membereskan tanpa di suruh. Setiap pagi dia membersihkan dalam dan luar masjid, membersihkan kamar mandi dan seminggu sekali dia menyucikan rukuh-rukuh masjid yang dipakai jamaah yang mampir untuk sholat. Ketika di masjid sore harinya ada acara maka dia dengan sigap membuatkan minum, menyajikannya dan kemudian membersihkannya, ada atau tidak yang membantu.
Untuk semua yang dia kerjakan dia tidak mengharapkan imbalan/upah, diberi pun dia tidak mau terima. Bahkan karena dia tidak mau menerima pemberian dari masjid maka kemudian pihak takmir berinisiatif untuk membukakan rekening atas nama dia sebagai tabungan buat dia jika sewaktu-waktu dia membutuhkannya, belum pernah juga diambilnya.
Dia punya pekerjaan, selepas selesai membersihkan masjid dia bekerja sampai sore kemudian kembali ke masjid hingga masjid sepi dari aktivitas.
Ketulusan dan keikhlasannya mengherankan banyak orang, dia tidak membutuhkan pujian karena pendengarannya sedikit kurang yang membuat orang lain susah berkomunikasi dengannya.
Penampilannya sangat sederhana kalau tidak boleh disebut lusuh bukan karena tidak ada yang memperhatikannya, banyak hadiah baju koko hanya ditumpuknya saja.
Di balik semua itu, aku rasa Allah mencukupinya, memberinya rasa bahagia yang tidak dimengerti atau bahkan dimiliki oleh orang lain. Kebahagiaan yang Allah janjikan untuk hamba-hambaNya yang ikhlas memakmurkan masjidNya meski tak nampak hebat di hadapan manusia.
Keiklhlasannya mengajarkan padaku untuk tidak sakit hati jika kebaikan yang kita kerjakan tidak diakui atau bahkan disalahpahami.
Ikhlas memang tidak mudah karena setan memang selalu berusaha membelokkan niat kita agar amalan kita menjadi tak berharga. Kepada Allah jugalah kita memohon pertolongan.
Untuk semua yang dia kerjakan dia tidak mengharapkan imbalan/upah, diberi pun dia tidak mau terima. Bahkan karena dia tidak mau menerima pemberian dari masjid maka kemudian pihak takmir berinisiatif untuk membukakan rekening atas nama dia sebagai tabungan buat dia jika sewaktu-waktu dia membutuhkannya, belum pernah juga diambilnya.
Dia punya pekerjaan, selepas selesai membersihkan masjid dia bekerja sampai sore kemudian kembali ke masjid hingga masjid sepi dari aktivitas.
Ketulusan dan keikhlasannya mengherankan banyak orang, dia tidak membutuhkan pujian karena pendengarannya sedikit kurang yang membuat orang lain susah berkomunikasi dengannya.
Penampilannya sangat sederhana kalau tidak boleh disebut lusuh bukan karena tidak ada yang memperhatikannya, banyak hadiah baju koko hanya ditumpuknya saja.
Di balik semua itu, aku rasa Allah mencukupinya, memberinya rasa bahagia yang tidak dimengerti atau bahkan dimiliki oleh orang lain. Kebahagiaan yang Allah janjikan untuk hamba-hambaNya yang ikhlas memakmurkan masjidNya meski tak nampak hebat di hadapan manusia.
Keiklhlasannya mengajarkan padaku untuk tidak sakit hati jika kebaikan yang kita kerjakan tidak diakui atau bahkan disalahpahami.
Ikhlas memang tidak mudah karena setan memang selalu berusaha membelokkan niat kita agar amalan kita menjadi tak berharga. Kepada Allah jugalah kita memohon pertolongan.