Sebuah iklan obat cacing saat menghimbau konsumen untuk tidak lupa memberi obat cacing untuk anaknya, dengan sebuah nasehat:
“Anak anda mungkin bersih tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
Sepertinya bagus juga nasehat itu dibawa ke hal-hal lainnya agar orangtua lebih waspada.
“Anak anda rajin mengaji tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
“Anak anda rajin belajar tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
“Anak anda tidak berkata buruk tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
“Anak anda tidak merokok tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
“Anak anda tidak pernah melihat pornografi tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
Dan masih banyak deret pertanyaan yang bisa dibuat. Bukan untuk menyebarkan paranoid tetapi mengajak orangtua untuk waspada, karena banyak orangtua merasa aman-aman saja dengan pergaulan anak-anaknya tidak tahu apa yang tetjadi di balik punggungnya. Membatasi pergaulan anak, jelas bukan suatu langkah yang tepat karena bagaimanapun seorang anak membutuhkan teman untuk bersosialisasi dan mengembangkan kepribadiannya. Maka yang perlu dilakukan adalah memastikan anak mampu untuk memilih dan mendapatkan teman-teman yang baik.
Rasulullah Shalallahu a’laihi wasallam memberi nasehat dalam memilih teman,
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Hadis diatas perlu dipahami oleh orangtua agar bisa mengajarkan pada anaknya bahwa parameter kebaikan dalam memilih teman adalah kebaikan agamanya,dalam bentuk yang lebih kongkret dilihat dari bagaimana sholatnya, akhlaqnya, sikapnya pada orangtua dsb. Seorang anak tidak akan bisa memilih teman yang shalih jika dia sendiri tidak terbiasa dan terdidik dalam keshalihan keluarga, tidak melihat contoh keseharian dari orangtuanya. Memilihkan anak sekolah yang baik hanya satu cara untuk menjaga pergaulan anak tetapi memberi bekal dan landasan yang kuat saat mereka bergaul dengan teman-temannya akan jauh lebih penting karena orangtua tidak bisa mengawasi anaknya 24 jam.
Sangat sedih melihat anak-anak belia tersangkut masalah-masalah besar baik sebagai pelaku ataupun sebagai korban, dan semua itu tidak terlepas dari teman-temannya.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita dan keluaraga kita dari pengaruh teman-teman yang buruk dan mengumpulkan kita bersama teman-teman yang baik.
Wallahul musta’an.
“Anak anda mungkin bersih tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
Sepertinya bagus juga nasehat itu dibawa ke hal-hal lainnya agar orangtua lebih waspada.
“Anak anda rajin mengaji tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
“Anak anda rajin belajar tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
“Anak anda tidak berkata buruk tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
“Anak anda tidak merokok tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
“Anak anda tidak pernah melihat pornografi tetapi bagaimana dengan teman-temannya?”
Dan masih banyak deret pertanyaan yang bisa dibuat. Bukan untuk menyebarkan paranoid tetapi mengajak orangtua untuk waspada, karena banyak orangtua merasa aman-aman saja dengan pergaulan anak-anaknya tidak tahu apa yang tetjadi di balik punggungnya. Membatasi pergaulan anak, jelas bukan suatu langkah yang tepat karena bagaimanapun seorang anak membutuhkan teman untuk bersosialisasi dan mengembangkan kepribadiannya. Maka yang perlu dilakukan adalah memastikan anak mampu untuk memilih dan mendapatkan teman-teman yang baik.
Rasulullah Shalallahu a’laihi wasallam memberi nasehat dalam memilih teman,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ
الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ
يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ
مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ
ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Hadis diatas perlu dipahami oleh orangtua agar bisa mengajarkan pada anaknya bahwa parameter kebaikan dalam memilih teman adalah kebaikan agamanya,dalam bentuk yang lebih kongkret dilihat dari bagaimana sholatnya, akhlaqnya, sikapnya pada orangtua dsb. Seorang anak tidak akan bisa memilih teman yang shalih jika dia sendiri tidak terbiasa dan terdidik dalam keshalihan keluarga, tidak melihat contoh keseharian dari orangtuanya. Memilihkan anak sekolah yang baik hanya satu cara untuk menjaga pergaulan anak tetapi memberi bekal dan landasan yang kuat saat mereka bergaul dengan teman-temannya akan jauh lebih penting karena orangtua tidak bisa mengawasi anaknya 24 jam.
Sangat sedih melihat anak-anak belia tersangkut masalah-masalah besar baik sebagai pelaku ataupun sebagai korban, dan semua itu tidak terlepas dari teman-temannya.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita dan keluaraga kita dari pengaruh teman-teman yang buruk dan mengumpulkan kita bersama teman-teman yang baik.
Wallahul musta’an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar