Datang seorang bapak muda ke apotek. Bapak ini terkenal ribut dan rewel kalo beli obat di apotek. Anak-anak langsung minggir, menghindarinya, jadilah aku yang menghadapinya.
Dia meminta obat turun panas untuk anaknya, banyak sekali pertanyaannya dan lebih banyak pertanyaan yang tidak perlu. Aku mulai jengkel ketika dia membandingkan merk A dengan merk B, kemudian bertanya ,"Obat A kalih obat B niki pundi Bu sing paling enak rasane?".
Lha emang kuicipi satu-satu?
Daripada aku semakin jengkel, kutanya balik si bapak.
"Putrane lanang nopo wedok pak, pun sekolah dereng?
Maka berceritalah si bapak dengan semangat tentang anaknya, bla bla bla.
Setelah capek bercerita, si bapak memilih obat dan pergi dari apotek dengan puas.
Begitulah, seseorang memang cenderung senang bercerita tentang dirinya dan karenanya dia mudah untuk 'ditundukkan'tanpa disadarinya.
Dia meminta obat turun panas untuk anaknya, banyak sekali pertanyaannya dan lebih banyak pertanyaan yang tidak perlu. Aku mulai jengkel ketika dia membandingkan merk A dengan merk B, kemudian bertanya ,"Obat A kalih obat B niki pundi Bu sing paling enak rasane?".
Lha emang kuicipi satu-satu?
Daripada aku semakin jengkel, kutanya balik si bapak.
"Putrane lanang nopo wedok pak, pun sekolah dereng?
Maka berceritalah si bapak dengan semangat tentang anaknya, bla bla bla.
Setelah capek bercerita, si bapak memilih obat dan pergi dari apotek dengan puas.
Begitulah, seseorang memang cenderung senang bercerita tentang dirinya dan karenanya dia mudah untuk 'ditundukkan'tanpa disadarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar