Senin, 08 September 2014

KENANGAN HAJI 6

Ketika mau berangkat haji rasanya bahagiaa banget. Saking bahagianya terkadang sampai lupa untuk istirahat dan itu bisa berakibat buruk, paling tidak itu yang terjadi padaku.
Jam 2 malam sebelum penerbangan, aku sudah terbangun. Banyak ibu-ibu yang lain juga sudah terbangun. Salah satu mengusulkan untuk mandi besar sekalian saja karena kami masuk gelombang 2 yang berarti miqot di pesawat ketika pesawat melewati yalamlam. Maka mandi besar sebagai sunnah bagi yang hendak ihrom dilakukan sejak di donohudan. Aku mengiyakan, karena semangat itu tadi, ingin persiapan beres sejak awal. Padahal jadwal penerbangan jam 1 siang, cukup waktu untuk persiapan tanpa harus mandi besar di waktu dini hari. Setelah mandi langsung ke masjid untuk tahajud hingga sholat subuh.
Setelah sarapan, ada sisa waktu untuk istirahat. Tetapi berhubung lagi bahagia, aku ya hilir mudik saja, Apalagi sebagai jamaah termuda dipanggil sana sini untuk membantu kerepotan ibu -ibu yang sudah sepuh untuk berbagai kerepotan mereka. Sampai di sini semua sepertinya baik-baik saja.
Saat penerbangan menempuh 7 jam perjalanan, kepalaku mulai berat dan pusing, napaskupun mulai sesak. Aku mencoba untuk minum jamu t***k angin untuk menghilangkan pusing dan mencari minyak angin. Tapi upaya itu tak berhasil. Saat kepalaku makin pusing, aku bilang sama suamiku," Mas, aku pusing banget".
Suamiku pun pergi mencari dokter kloter, saat kembali dia melihat wajahku semakin pucat dan mataku terpejam meski aku masih bisa berbicara. Suamiku segera bergegas kembali untuk memanggil dokter. Saat itu aku sudah pasrah, mungkinkah aku menjadi jamaah yang meninggal di atas pesawat? Sebegitu katroknyakah diriku hingga terbang sedikit lama saja mau pingsan?
Ketika suamiku datang bersama dokter, aku sudah terkulai dan wajahku pucat pasi. Aku pingsan di atas pesawat.
Masih terdengar suara perawat yang membantu dokter kloter, "waduh, piye carane le nurokke iki?". Sesaat kehebohan terjadi. Ditangan kananku masih memegang minyak angin, didekatkannya minyak angin itu ke hidungku kemudian dipijit-pijitnya pelipisku. Beberapa menit kemudian wajahku mulai memerah dan aku pun sadar. Dokter yang memeriksaku bilang," Tidak apa-apa bu, ibu paling kecapekan dan tali jilbabnya terlalu kencang jadi darah tidak lancar ke kepala apalagi udara mulai tipis di ketinggian". Baru teringat, aku memang tidak biasa pakai jilbab yang bertali, jilbabku pun biasanya longgar.
Sisa perjalanan kulewati dengan memohon pada Allah agar memudahkan perjalananku, memberiku kekuatan dan juga istighfar, bagaimanapun segala yang berlebihan itu tidak baik.
Teringat juga saat tes kesehatan hasil rekam jantungku pun tak terlalu bagus, dokter yang memeriksaku pun menyarankan untuk konsultasi ke dokter internis, tapi itu pun tak kulakukan. Khawatir terlalu banyak yang kupikirkan. Padahal menyiapkan dan mengantisipasi setiap kemungkinan jauh lebih baik dan membuat kita lebih siap untuk beribadah. Apalagi untuk ibadah haji yang membutuhkan kekuatan fisik.
Alhamdulillah, selama menjalankan ibadah haji Allah memberi kesehatan dan kekuatan hingga pulang kembali ke tanah suci.
Mudah-mudahan bisa bermanfaat buat teman-teman yang hendak berangkat haji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar