“Segalanya tak lagi sama”, begitu nasehatku tatkala mengetahui
kegalauan adikku ketemu gede yang juga baru beberapa bulan menikah.
Berapa sih adikku ketemu gede? He he he… banyak, setiap kali berteman yang usianya terpaut jauh kuanggap adik, nek terpautnya jauuh sekali, ya…kuanggap ponakanku. Lumayankan ada yang bisa kunasehati ? Namanya juga loro omong, hee….
Kembali ke adikku yang lagi galau menghadapi situasi yang berbeda yang ditemui setelah menikah.
Berapa sih adikku ketemu gede? He he he… banyak, setiap kali berteman yang usianya terpaut jauh kuanggap adik, nek terpautnya jauuh sekali, ya…kuanggap ponakanku. Lumayankan ada yang bisa kunasehati ? Namanya juga loro omong, hee….
Kembali ke adikku yang lagi galau menghadapi situasi yang berbeda yang ditemui setelah menikah.
Setelah ijab kabul segalanya menjadi tidak sama, ada yang banyak
berubah terkait dengan hak dan kewajiban sebagai konsekuensi dari
perubahan status. Hal ini yang sering tidak begitu disadari oleh mereka
yang baru menikah. Apalagi jika presepsi kehidupan menikah itu bak
dongeng-dongeng. Setelah menikah bahagia selamanya .
Kemudian ketika tidak sesuai dengan bayangan, membandingkan keadaan saat masih bersama orangtua dengan setelah menikah.
” Penak tasih kalih bapak-ibu mbak”
Bagaimana bisa?
Keadaan saat masih bersama orangtua tidak bisa dibandingkan dengan setelah menikah, karena itu dua hal yang berbeda. Membandingkan keduanya akan menyebabkan seseorang mengambil sikap yang salah ,karena kehidupan setelah menikah adalah kelanjutan dari kehidupan bersama orangtua sebelum menikah. Untuk itulah dibutuhkan kedewasaan sikap untuk bisa beradaptasi , baik dengan suami ataupun situasi yang berbeda.
Kehidupan awal pernikahan memang membutuhkan banyak energi. Ada banyak yang harus disesuaikan dan diupayakan untuk bisa terbentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan penuh rahmat dari Allah Subhana wa Ta,alaa. Segala apa yang Allah syariatkan dalam pernikahan baik yang berkaitan dengan istri ataupun suami sejatinya adalah untuk memudahkan pasangan suami istri itu untuk mencapai tujuan tersebut. Maka menunaikan apa yang menjadi kewajibannya harus lebih didahulukan dari menuntut apa yang menjadi haknya.
Hidup berumah tangga memang butuh ilmu dan kesabaran untuk menjalani proses. Tetapi percayalah kebahagiaan itu tidak terletak di ujung proses tetapi ada di setiap langkah saat menjalani proses tersebut.
Tetaplah bersyukur dan berprasangka baik pada Allah.
Kemudian ketika tidak sesuai dengan bayangan, membandingkan keadaan saat masih bersama orangtua dengan setelah menikah.
” Penak tasih kalih bapak-ibu mbak”
Bagaimana bisa?
Keadaan saat masih bersama orangtua tidak bisa dibandingkan dengan setelah menikah, karena itu dua hal yang berbeda. Membandingkan keduanya akan menyebabkan seseorang mengambil sikap yang salah ,karena kehidupan setelah menikah adalah kelanjutan dari kehidupan bersama orangtua sebelum menikah. Untuk itulah dibutuhkan kedewasaan sikap untuk bisa beradaptasi , baik dengan suami ataupun situasi yang berbeda.
Kehidupan awal pernikahan memang membutuhkan banyak energi. Ada banyak yang harus disesuaikan dan diupayakan untuk bisa terbentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan penuh rahmat dari Allah Subhana wa Ta,alaa. Segala apa yang Allah syariatkan dalam pernikahan baik yang berkaitan dengan istri ataupun suami sejatinya adalah untuk memudahkan pasangan suami istri itu untuk mencapai tujuan tersebut. Maka menunaikan apa yang menjadi kewajibannya harus lebih didahulukan dari menuntut apa yang menjadi haknya.
Hidup berumah tangga memang butuh ilmu dan kesabaran untuk menjalani proses. Tetapi percayalah kebahagiaan itu tidak terletak di ujung proses tetapi ada di setiap langkah saat menjalani proses tersebut.
Tetaplah bersyukur dan berprasangka baik pada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar