Selasa, 12 April 2016

TAK SEMUA HARUS BERUBAH

Pulang dari mengajar di panti sore itu, waktu sudah jam 17.30. Berarti suamiku sudah pulang. Benar saja, saat diriku masuk rumah kudapati beliaunya sudah tiduran.
“Sampun dhahar Pakde”, sapaku sambil berjalan mendekati meja makan.
“Sudah, Alhamdulillah enak”,jawabnya seperti biasa setiap kali dia selesai makan
.
Hari itu aku masak Cap Jay kuah, menu andalan. Tinggal potong-potong sayuran terus cemplung-cemplung, selesai. Enak, cepat dan sehat.

Saat kubuka tudung saji, kulihat sebuah sendok teh panjang yang biasa untuk minum es duduk manis di mangkok Sayur. Rupanya aku lupa menaruh sendok sayur dan suamiku menggunakan sendok es itu untuk mengambil sayur.

“Masya allah pakde mosok yo ambil sayur pakai sendok es?’

“Ora po po Budhe. Aku cuman ingin menujukkan bahwa aku tidak melakukan diskriminasi terhadap sendok-sendok itu sehingga yang berhak mengambil sayur hanya sendok sayur, biar sendok es juga punya kesempatan sama untuk mengambil sayur”
.
He he he bisa saja Suamiku ngelesnya. Sakjane ya tidak gantekan saja untuk hal hal kecil seperti ini.
Begitulah sodara-sodara, kadang setelah belasan tahun menikah ada saja hal-hal kecil atau sifat dari suami yang tidak berubah. Meskipun itu kita tak suka dan sudah protes, eh…tepatnya ngomel berulang kali.

Persis iklan Tanggo….berapa kali? Ratusaan….

Jika itu bukan suatu hal yang mempengaruhi hajat hidup keluarga dan prinsip hidup yang efeknya akan sampai akhirat nanti, maka berlonggar hati adalah cara paling mudah untuk hidup aman dan sejahtera. Hidup berumah tangga tidak harus semua jadi sama akan selalu ada sisi-sisi dari pasangan maupun kita yang akan tetap sama, tidak berubah. Soal selera misalnya.

Memahami atau mengerti atau membiarkan mana sifat yang memang harus berubah atau tidak perlu dipersoalkan akan semakin mudah seiring dengan semakin kenalnya kita dengan sifat suami kita. Begitupun sebaliknya.

Tentu saja itu butuh waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar