Sejak usia TK hingga SD, anak-anak belajar
membaca Al-Qur’an, sholat dan ibadah
lainnya di Taman Pendidikan Al-Qur’an. Mereka mulai dibiasakan untuk
menjalankan dan mencintai amal sholeh sebagai bentuk ketaatan kepada Allah
Ta’alaa.
Orangtua mana yang tidak berbunga-bunga hatinya
ketika menyaksikan gadis kecilnya sore-sore pergi ke masjid/mushola dengan
memakai jilbab, kemudian terdengar dari mulut mungilnya melantunkan doa-doa dan
ayat suci Al Qur’an.
Orangtua mana yang tidak bahagia ketika anak
laki-laki kecilnya memperlihatkan hafalannya dan mulai senang sholat jamaah di
masjid.
Serasa impian untuk mempunyai anak
sholeh/sholihah sudah dalam dekapan.
Tetapi bagaimana ketika mereka mulai memasuki
usia remaja/SMP?
Di SMP hampir belum ada pengajian untuk
anak-anak SMP di sekolah masing-masing( Moga-moga saya salah) kemudian mereka
juga sudah tidak ikut TPA/TPQ lagi.
Bagaimana menjaga amalan mereka yang sudah berusaha untuk dibiasakan ketika
mereka TK-SD? Usia Remaja seharusnya adalah peralihan dari ibadah yang awalnya hanya karena
kebiasaan menjadi kepahaman sebelum menjadi kesadaran sepenuhnya. Apalagi
mereka sudah mulai baligh, artinya mereka sudah bertanggungjawab terhadap
ibadah yang menjadi kewajiban. Bagaimana mereka bisa menjalani ini jika tanpa pendampingan
orangtuanya?
Sayangnya banyak orangtua yang lalai,
Yang awalnya sudah terbiasa menjadi tidak biasa
lagi, mereka dibiarkan untuk mengikuti
naluri dan keinginan mereka. Ketika kecil dibiasakan memakai jilbab, ketika
remaja banyak orangtua yang membiarkan anak remajanya tidak memakai jilbab
dengan alasan kasihan, biar menikmati masa remajanya, dan hal-hal yang lainnya.
Membaca Al-Qur’an pun tak terlalu penting lagi untuk ditanyakan. Alhasil…banyak
masjid-masjid kehilangan anak-anak remajanya. Kemanakah mereka?
Tidakkah bapak/Ibu ikut risau ketika sepasang
remaja mulai pacaran mereka menyapa pasangannya dengan ayah-bunda?
Maafkan jika ini tulisan ini adalah edisi sok
tahu, tetapi sebagai penonton sekalipun saya cukup risau.