Hari Minggu kemarin
menemani suami memberi bimbingan regu
yang tergabung di KBIH Aisyiyah di gerbosari, Samigaluh. Rumah yang kami
datangi hanya berjarak 2-3 km dari puncak Suralaya. Puncak Suralaya adalah
puncak tertinggi dari bukit Menoreh, kabarnya dari sana akan terlihat candi
Borobudur dan Laut Selatan sekaligus.
Jalan yang menanjak
tajam membuat motor yang kami naiki terengah-engah, hingga tinggal satu
tikungan, jalan menanjak dengan kemiringan lebih dari 45’ dan berliku-liku
dengan jarak cukup jauh. Karena belum terbiasa suamiku tidak berani,
terpaksa jalan kaki. Baru satu tanjakan aku sudah tidak bisa berbicara saking
mengkis-mengkisnya napasku.
“ Lenggah mriki
rumiyin bu,” sapa pemilik rumah di tanjakan paling bawah.
Aku hanya tersenyum
sambil sibuk mengatur napas. Melihat 2 orang yang nampaknya terlalu gemuk untuk
naik satu motor di tanjakan setajam itu, akhirnya pemilik rumah menawarkan
bantuan.
”Kersane di dugekke
lare kula Bu, tasih minggah, kersane bapak piyambak ra nggih kuat motoripun,”begitu
kata ibu itu.
Alhamdulillah selalu
ada orang baik di mana saja,
Dengan diantar anaknya masih remaja, aku melaju sampai rumah bapak Sukijo.
Dengan diantar anaknya masih remaja, aku melaju sampai rumah bapak Sukijo.
Masya Allah jauhnya,
agak syok aku sampai sana. He he he
Sangat merasa
beruntung Allah berikan tempat tinggal di tempat yang “rata”. Sembari tak habis
berpikir bagaimana dahulunya orang bisa memulai untuk tinggal di sana, karena
menurut Bapak Sukijo sejak kecil sudah tinggal di sana sampai sekarang.
Bagaimana Allah
memperjalankan hambaNya di seluruh penjuru bumi dan mencukupi rizqi mereka
hingga panggilan untuk berkunjung ke tanah suci pun sampai ke rumah mereka, di
pelosok bukit Menoreh.
Subhanallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar