Bapak-bapak sepuh itu sering datang ke apotek, meskipun begitu beliau jarang sekali tersenyum dan terlihat sedikit ketus ketika bicara. Boleh jadi kesempitan hidupnya dan banyaknya persoalan yang menimpa keluarganya nenghabiskan persediaan senyumnya, atau terlalu seringnya dia mendengarkan pembicaraan tidak menyenangkan tentang keluarganya membuat dia selalu waspada dan gampang curiga pada orang lain.
Suatu sore beliau ke apotek, setelah apa yang menjadi kebutuhannya selesai, aku pun bertanya padanya,"Pripun pak mricane pun ajeng panen, ketinggale subur-subur banget". Sebenarnya aku tanya ngasal saja, artinya aku tidak bermaaksud apa-apa, sekedar memberi perhatian karena kutahu bapak itu menanam merica.
Di luar dugaanku bapak itu terlihat begitu senang dan bahagia mendengar pertanyaanku, dengan semangat beliau bercerita tentang tanaman mericanya, bagaimana dia mendapatkan bibit mericanya dan usahanya bertambah dengan berjuallan bibit merica. Aku takjub melihat bapak itu bercerita, bukan karena ceritanya tentang merica tetapi melihat perubahan ekspresinya.
Sayang belum puas beliau bercerita, pasien lain berdatangan dan aku terpaksa menghentikan cerita bapak itu.
Kejadian tadi memberi pelajaran bahwasanya siapapun dia ingin dilihat dan diperhatikan pada sesuatu yang membanggakan dia, pada hal yang membuat dia merasa berhasil. Menberi perhatian pada sesuatu yang pas pada diri orang lain akan membuat seseorang itu bahagia meski tak banyak yang kita lakukan untuknya.
Yang jadi masalah punyakah kita waktu untuk memperhatikan orang lain,? Tahukah kita apa yang membuat pasangan kita bahagia ? Perhatian seperti apa yang bisa membuat dia semangat?
Atau yang terlihat cuman kapentingan kita, kesenangan kita dan apa saja yang membuat kita bahagia saja?
Suatu sore beliau ke apotek, setelah apa yang menjadi kebutuhannya selesai, aku pun bertanya padanya,"Pripun pak mricane pun ajeng panen, ketinggale subur-subur banget". Sebenarnya aku tanya ngasal saja, artinya aku tidak bermaaksud apa-apa, sekedar memberi perhatian karena kutahu bapak itu menanam merica.
Di luar dugaanku bapak itu terlihat begitu senang dan bahagia mendengar pertanyaanku, dengan semangat beliau bercerita tentang tanaman mericanya, bagaimana dia mendapatkan bibit mericanya dan usahanya bertambah dengan berjuallan bibit merica. Aku takjub melihat bapak itu bercerita, bukan karena ceritanya tentang merica tetapi melihat perubahan ekspresinya.
Sayang belum puas beliau bercerita, pasien lain berdatangan dan aku terpaksa menghentikan cerita bapak itu.
Kejadian tadi memberi pelajaran bahwasanya siapapun dia ingin dilihat dan diperhatikan pada sesuatu yang membanggakan dia, pada hal yang membuat dia merasa berhasil. Menberi perhatian pada sesuatu yang pas pada diri orang lain akan membuat seseorang itu bahagia meski tak banyak yang kita lakukan untuknya.
Yang jadi masalah punyakah kita waktu untuk memperhatikan orang lain,? Tahukah kita apa yang membuat pasangan kita bahagia ? Perhatian seperti apa yang bisa membuat dia semangat?
Atau yang terlihat cuman kapentingan kita, kesenangan kita dan apa saja yang membuat kita bahagia saja?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar