Sabtu, 09 Maret 2013

BEKERJA DENGAN HATI



Beberapa waktu yang lalu seorang petugas pencatat pemakaian listrik datang menemuiku di rumah. Bapak ini meski kutahu orangnya tetapi aku tidak tahu siapa namanya, hanya sering ketemu pas bapak itu ke apotek atau pas ke rumah mencatat pemakaian listrik rumahku.
 
Bapak itu bertanya,” Bu, nopo pemakaian listrik’e jenengan tambah?”
“Pripun to? Nopo tambah kathah?’ jawabku.
“Nggih bu, mboten kaya biasane, nganti kula baleni ping kalih,”jawab bapak itu.
“Mungkin mawon pak, sasi wingi mbak kula cen liburan teng mriki, pinten pak kelebihane?” tanyaku.
“ Sekitar 30 ribuan bu,”jawab bapak itu. “ Nggih pun nek cen pemakaiane tambah, kula wedi nek salah nulis”.
“Matur nuwun pak”, jawabku.
 
Terus terang aku cukup surprise, belum pernah aku mengalami kejadian seperti ini. Apikan men bapaknya, padahal perbedaan jumlah nominal rekening listrik yang kemungkinan harus kubayar tidaklah besar.
 
Ketika sore harinya aku ke apotek, bapak itu mencariku lagi.
“Bu, mboten tambah kok rekening listrike jenengan, wau kula tiliki teng kantor malih ternyata mboten tambah kok, sami kalih biasane”,jelas bapak itu setelah kutemui.
 
Masya Allah, kali ini aku benar-benar takjub dengan bapak ini. Selain rasa terima kasih atas perhatiannya, aku juga kagum dengan kepedulian terhadap tugasnya. Dia rela bersusah susah seperti itu hanya untuk memastikan seseorang tidak dirugikan dengan kerjanya.
Bayangkan jika seandainya semakin banyak orang yang pekerjaannya berhubungan dengan kepentingan publik kemudian punya kepedulian yang sama seperti bapak itu. Memastikan bahwa orang lain mendapatkan pelayanan yang semestinya dan
memastikan orang lain tidak dirugikan.
 
Sepertinya aku harus banyak belajar dari kejadian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar