KITA ADALAH SAKSI
Beberapa waktu yang lalu saya
takziah salah seorang pasien apotek, selalu merasa terharu. Tentu bukan
lantaran kehilangan satu pasien langganan tetapi selalu terbayang saat-saat menyertai
beliau meski hanya sebatas mencukupi apa
yang dibutuhkan untuk kesehatannya. Beberapa di antara mereka saya kenal sejak mereka masih sehat wal afiat, kemudian
mulai sakit, sembuh, sakit lagi hingga hanya berbaring di tempat tidur.
Menerima keluhan keluarga yang merawatnya
ataupun memberikan saran bagaimana mengatasi ataupun mengurangi yang
dirasa termasuk juga menjelaskan obat-obat yang harus diminumnya.
Baru saya menyadari bahwa tanpa
sadar, tanpa diminta dan tanpa mengajukan diri saya telah menjadi saksi dari
satu bagian kehidupan orang lain,
merekam ekspresi seseorang ketika sakit atau ketika merawat keluarga mereka
yang sakit.
Begitupula halnya kita harus
menyadari bahwasanya orang-orang di sekitar kita adalah saksi untuk kehidupan
kita. Di setiap segmen hidup kita selalu ada orang yang menyaksikan kita
terlepas kita kenal ataupun tidak.
Di era digital sekarang ini, ketika
sekat- sekat yang melindungi kita dengan sengaja kita hilangkan sendiri. Maka
akan semakin banyak yang menjadi saksi dari perbuatan kita. Banyak orang dengan
tanpa basa basi menceritakan aibnya sendiri, keburukannya sendiri bahkan
auratnya. Berapa banyak yang akan menjadi saksi? Sungguh tak terhitung lagi.
Aib akan tersebar secepat getaran electromagnet.
Masih merasa bisa menyembunyikan
perbuatan kita dari pengawasan Allah taa’laa?
Maka simaklah nasihat Rasulullah
shalallahu a’laihi wassalam bersabda;
احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ
Jagalah hak-hak Allah maka Allah
akan menjagamu.
Yang dimaksud menjaga Allah di sini
adalah menjaga batasan-batasan, hak-hak, perintah, dan larangan-larangan Allah.
Yaitu seseorang menjaganya dengan melaksanakan perintah Allah, menjauhi
larangan-Nya, dan tidak melampaui batas dari batasan-Nya (berupa perintah
maupun larangan Allah). Maka Allah akan menjaganya. Penjagaan Allah atas
urusannya di dunia dan penjagaan terhadap agama dan imannya sehingga terhindar
dari perbuatan-perbuatan yang akan merugikannya.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya [al-Mâidah/5:2]
ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya [al-Mâidah/5:2]
Ketika kita membiasakan diri untuk
saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan maka kita akan menjadi
saksi bagi kebaikan orang lain begitu juga sebaliknya.
Wallahu A’lam .
Diatri Ratih Rahayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar