Suatu pagi saat jalan-jalan, kami mampir ke sebuah warung nasi langganan
para bikers. Warung itu sederhana saja, berdinding kayu, dengan
beberapa kursi kayu dan ada juga amben kayu. Tidak banyak menu makanan
yang ditawarkan, hanya ‘jangan tholo’dengan irisan lombok ijo dan ayam
goreng bacem, sepertinya ayam kampung tapi bisa juga ayam petelur yang
sudah tidak produktif, jadi seperti ayam kampung rasanya. Penjual warung
itu sepasang suami istri yang sudah tua. Meski sederhana tetapi warung itu sangat ramai, banyak para bikers yang mampir setelah selesai menempuh rute-rute favorit mereka.
Seiring dengan kian banyak peminat olahraga bersepeda, daerah kulon progo terutama daerah di perbukitan menoreh menjadi lokasi favorit untuk bersepeda.
Di warung itu kami menjumpai sepasang suami istri yang tengah beristirahat setelah bersepeda. Usianya sekitar 40 tahunan. Bapak itu bercerita kalo mereka baru saja bersepeda ke embung kleco, ngesong, girimulyo.
“Mandeg ping pinten pak?’tanyaku, karena kutahu daerah itu tanjakannya cukup tajam.
“Nggih ping kalih, ning seneng kula nek nyepeda teng daerah girimulyo mriki. Yen teng sermo pun bosen, mboten enten tantangane”jawab bapak itu.
Aku takjub sama istri bapak itu, kuat ya padahal daerah yang disebut bapak itu cukup tinggi. Bandingke sama diriku nyepeda ke pasar saja wis mengkis-mengkis. hi hi hi.
“Pun biasa bu, bojo kula riyin nggih mboten kuat ning kula ajak terus, sakniki nek prei mesti ngejak nggowes. Sakderenge nyepeda, sering sambat pegel-pegel. Bareng nyepeda awakke dadi seger, mboten tahu sambat malih”.
“Pendhak sabtu minggu nyepeda pak?”
“Nggih, pokoke pendhak prei mesti nggowes, prei tanggal abang 3 dinten nggih nggowes 3 dinten.
Wuiiih…contoh pasangan yang menemukan kesenangan bersama dalam hidup mereka, dan kesenangan inilah yang mendominasi hidup mereka sehari-hari. Aku tidak cukup kepo untuk menanyakan bagaimana anak-anak mereka.
Samanya kesenangan sepasang suami istri memang menjadikan hubungan suami istri itu makin dekat dan juga menjadikan kesenangan itu sendiri bisa terus dilakukan. Bisa dibayangkan jika salah satu pasangan itu tidak suka bersepeda bukan?
Maka bisa dimengerti bahwa cinta itu memang menyatukan, cinta itu menyamakan, cinta itu membuat seseorang berubah, cinta itu saling mempengaruhi.
Apakah cinta itu selalu membahagiakan?
Tergantung….atas dasar apa kita mencintai.
Seiring dengan kian banyak peminat olahraga bersepeda, daerah kulon progo terutama daerah di perbukitan menoreh menjadi lokasi favorit untuk bersepeda.
Di warung itu kami menjumpai sepasang suami istri yang tengah beristirahat setelah bersepeda. Usianya sekitar 40 tahunan. Bapak itu bercerita kalo mereka baru saja bersepeda ke embung kleco, ngesong, girimulyo.
“Mandeg ping pinten pak?’tanyaku, karena kutahu daerah itu tanjakannya cukup tajam.
“Nggih ping kalih, ning seneng kula nek nyepeda teng daerah girimulyo mriki. Yen teng sermo pun bosen, mboten enten tantangane”jawab bapak itu.
Aku takjub sama istri bapak itu, kuat ya padahal daerah yang disebut bapak itu cukup tinggi. Bandingke sama diriku nyepeda ke pasar saja wis mengkis-mengkis. hi hi hi.
“Pun biasa bu, bojo kula riyin nggih mboten kuat ning kula ajak terus, sakniki nek prei mesti ngejak nggowes. Sakderenge nyepeda, sering sambat pegel-pegel. Bareng nyepeda awakke dadi seger, mboten tahu sambat malih”.
“Pendhak sabtu minggu nyepeda pak?”
“Nggih, pokoke pendhak prei mesti nggowes, prei tanggal abang 3 dinten nggih nggowes 3 dinten.
Wuiiih…contoh pasangan yang menemukan kesenangan bersama dalam hidup mereka, dan kesenangan inilah yang mendominasi hidup mereka sehari-hari. Aku tidak cukup kepo untuk menanyakan bagaimana anak-anak mereka.
Samanya kesenangan sepasang suami istri memang menjadikan hubungan suami istri itu makin dekat dan juga menjadikan kesenangan itu sendiri bisa terus dilakukan. Bisa dibayangkan jika salah satu pasangan itu tidak suka bersepeda bukan?
Maka bisa dimengerti bahwa cinta itu memang menyatukan, cinta itu menyamakan, cinta itu membuat seseorang berubah, cinta itu saling mempengaruhi.
Apakah cinta itu selalu membahagiakan?
Tergantung….atas dasar apa kita mencintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar