Suatu siang seorang simbah membawa tampah berisi buah pisang
dagangannya ke apotek. Simbah itu menawariku,'Bu ditumbasi pisange nggih".
Lantaran sedang tidak berminat, aku pun menolaknya, "Mboten mbah".
"Mirah-mirah kok bu?', simbah itu masih merayuku.
"Mboten mbah maturnuwun ngenjing malih mawon",Jawabku.
" Halah bu mbok ditumbasi, duite niku ajeng kulo ngge tumbas obat", bujuk simbah itu.
Entah itu cuman alasan agar dagangannya laku atau memang benar tidak punya uang untuk beli obat, akhirnya kubeli juga pisang itu.
Dan transaksi sederhanapun terjadi, aku beli pisang itu dan simbah itu menggunakan uangnya untuk membeli obat yang dibutuhkannya. Seperti di pedalaman ya? Padahal kejadian ini hanya berjarak 17 km dari pusat kota yogyakarta.
Berapa nominal transaksi yang terjadi, sungguh amat kecil untuk ditulis. Tetapi aku berharap banyak pada keberkahan dari kejadian semacam ini. Barakahnya rizqi tak tergantung dari besarnya nominal akan tetapi dari kemanfaatan rizqi tersebut.
Wallahu a'lam
Lantaran sedang tidak berminat, aku pun menolaknya, "Mboten mbah".
"Mirah-mirah kok bu?', simbah itu masih merayuku.
"Mboten mbah maturnuwun ngenjing malih mawon",Jawabku.
" Halah bu mbok ditumbasi, duite niku ajeng kulo ngge tumbas obat", bujuk simbah itu.
Entah itu cuman alasan agar dagangannya laku atau memang benar tidak punya uang untuk beli obat, akhirnya kubeli juga pisang itu.
Dan transaksi sederhanapun terjadi, aku beli pisang itu dan simbah itu menggunakan uangnya untuk membeli obat yang dibutuhkannya. Seperti di pedalaman ya? Padahal kejadian ini hanya berjarak 17 km dari pusat kota yogyakarta.
Berapa nominal transaksi yang terjadi, sungguh amat kecil untuk ditulis. Tetapi aku berharap banyak pada keberkahan dari kejadian semacam ini. Barakahnya rizqi tak tergantung dari besarnya nominal akan tetapi dari kemanfaatan rizqi tersebut.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar