Seorang ibu setengah baya mengeluh
pegal-pegal tangan dan punggungnya. Sebuah keluhan khas daerah pinggiran yang
mengandalkan tenaga untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Setelah kuberikan
analgesik dan vitamin neurotropik yang dibutuhkannya,
kutanya:Bar panen nopo bu?
Ibu itu :Jagung mbak
Aku : Sae bu panene?
Ibu itu : Alhamdulillah, lha niki pinten-pinten dinten mipi
kutanya:Bar panen nopo bu?
Ibu itu :Jagung mbak
Aku : Sae bu panene?
Ibu itu : Alhamdulillah, lha niki pinten-pinten dinten mipi
li jagung, artane pun dienteni bocah
mbak.
Aku : Nyuwun ditumbaske nopo bu putrane?
Ibu itu : Hp mbak
aku : Hp sakniki kathah sing mirah bu
Ibu itu : Nyuwune niku sing sejuta langkung....
Masya Allah, kok ya tega anaknya itu? Bagaimana tidak pegel coba? Butuh berapa kilo jagung yang harus dipipil ibu tsb?
Konsumerisme rupanya telah banyak meracuni dan menghilangkan banyak nilai-nilai kebaikan dalam hidup ini, terutama kemauan untuk kerja keras dan kesederhanaan dalam hidup, Dan agaknya orangtua semakin kalah dengan media dalam mempengaruhi anaknya, setidaknya ibu ini sebagai contohnya
Aku : Nyuwun ditumbaske nopo bu putrane?
Ibu itu : Hp mbak
aku : Hp sakniki kathah sing mirah bu
Ibu itu : Nyuwune niku sing sejuta langkung....
Masya Allah, kok ya tega anaknya itu? Bagaimana tidak pegel coba? Butuh berapa kilo jagung yang harus dipipil ibu tsb?
Konsumerisme rupanya telah banyak meracuni dan menghilangkan banyak nilai-nilai kebaikan dalam hidup ini, terutama kemauan untuk kerja keras dan kesederhanaan dalam hidup, Dan agaknya orangtua semakin kalah dengan media dalam mempengaruhi anaknya, setidaknya ibu ini sebagai contohnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar