Dulu semasa SMA saya sering bersepeda( mbonceng tepatnya) dengan
teman baik(bukan pacar) yang selalu rela dan bersedia memboncengkan saya
kemanapun kami pergi. Meski waktu itu konteksnya karena teman saya tidak punya
motor tetapi tidak ada rasa mendeirita dan tetap bahagia dengan sepeda jengki
hitamnya.
Dan sekarang ketika Allah sudah membukakan pintu2 rezqi untuknya ( Sugih maksudnya, he he) Dia
Dan sekarang ketika Allah sudah membukakan pintu2 rezqi untuknya ( Sugih maksudnya, he he) Dia
dengan bangga dan bahagia bercerita kalo ke kantor sering naik....
yups betul, naik sepeda. Meski sekarang lebih keren pakai Seli. Tetap naik
sepeda to.
Apa artinya?
1. Bahwasanya kenikmatan di dunia itu terbatas, tidak seberapa.
2. Kenikmatan di dunia itu tidak tergantung pada dhohir yang terlihat tetapi pada pemaknaan akan nikmat itu dan rasa syukur kepada Sang Pemberi nikmat. Jadi buat apa iri kalo rumput tetangga lebih hijau karena toh nikmatnya rumput bukan tergantung pada warna hijaunya?
3. Kalo nikmat dunia terbatas, untuk apa menghabiskan waktu untuk mengejarnya, sedang kenikmatan abadi di akhirat nanti?
2. Kenikmatan di dunia itu tidak tergantung pada dhohir yang terlihat tetapi pada pemaknaan akan nikmat itu dan rasa syukur kepada Sang Pemberi nikmat. Jadi buat apa iri kalo rumput tetangga lebih hijau karena toh nikmatnya rumput bukan tergantung pada warna hijaunya?
3. Kalo nikmat dunia terbatas, untuk apa menghabiskan waktu untuk mengejarnya, sedang kenikmatan abadi di akhirat nanti?
( Kesamaan tokoh dan peristiwa memang disengaja, untuk pengambilan hikmah saja
dalam rangka menasehati diri sendiri agar tidak terlalaikan dengan nikmat
dunia. Untuk tokoh yang bersangkutan maaf ya kalo tidak berkenan...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar