Saat liburan beberapa waktu lalu, kami menemani
ponakan2 bermain di kaliurang. Hari masih pagi ketika kami sampai di kawasan
tlogo putri, Kaliurang. Kawasan wisata tlogo putri kaliurang sejak erupsi
merapi tak seramai dulu, meski di pelataran parkir dan warung2 makan sudah
kembali rapi tidak demikan halnya di bagian dalam tlogo putri. Pohon-pohon yang
tumbang masih dibiarkan di sana-sini, jalan ke arah puncak plawangan tertutupi
ranting-ranting pohon.
Puncak plawangan adalah puncak tertinggi dari
tlogoputri ini, dari sini bisa terlihat jelas puncak gunung merapi bahkan
sampai kinahrejo, desa tempat tinggal mbah marijan. Pemandangannya kata ibu2
yang menjual makanan & minuman sangat bagus. Sayang lumayan jauh dan
menanjak. Berhubung napasku mengkis2 kalo jalan menanjak, aku langsung pamit
ketika diajak naik ke plawangan. Alhasil suamiku naik ke atas bersama dengan 5
ponakanku dan aku berbalik arah ke pintu keluar.
Ketika suamiku naik ke atas, aku baru sadar
kalo mereka tidak membawa minuman dan lebih parah lagi dompet suamiku pun
terbawa olehku. Waduuh bagaimana kalo mereka kehausan? Ketika mereka turun
suamiku bercerita, saat mereka naik mereka ditemani oleh seorang ibu penjual
makanan minuman yang dibawa dengan gendongan, ibu itu berjualan di atas. Ketika melihat anak-anak kecapekan dan
terlihat kehausan, ibu itu menawari dagangannya. “Niku lare-larene sami ngelak
pak, ditumbaske minuman niki lhe pak”. Suamiku menjawab,” dompet kula keri bu”.
“ Mboten nopo2 pak, dipundhut riyin mawon mesaake lare-larene’, kata ibu itu
lagi. “Trus mangke kula mbayare pripun?’ tanya suamiku. “Gampil pak, mangke
meng titipke kanca kula sing mande teng ngandhap, titip ngge bu siti mangke pun
mudeng”, ibu itu terus meyakinkan suamiku. Meski awalnya ragu-ragu karena tidak
enak hati, akhirnya suamiku beli juga 6 botol minuman untuk ponakanku.
Begitu turun segera suamiku mengambil dompet
dan segera mencari teman ibu itu tadi untuk membayar minuman. Ternyata memang
langsung dimengerti oleh teman penjual ibu itu tadi.Kejadian itu begitu berkesan buat suamiku, betapa si ibu
penjual begitu percaya pada orang yang baru ditemuinya. Kalaulah itu taktik
berdagang, bukankah kemungkinan dia rugi sangat besar? Enam botol minuman bukan
jumlah sedikit untuk klas penjual gendongan seperti dia. Kemudian ternyata juga
ada saling kepercayaan antar penjual itu, percaya bahwa temannya akan
menyampaikan uang yang dititipkan padanya.
Sifat amanah, berprasangka baik dan saling
tolong menolong dengan tulus memang
sangat indah, dan itu akan sangat terasa di hati siapapun yang melakukannya. Pelajaran moral yang di dapat dari seorang
penjual minuman, dari kawasan tlogo putri kaliurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar