Baru sempat baca novel yang kupinjam dari seorang teman, "Daun yang jatuh tak pernah membenci Angin" karya Darwis Tere Liye. Iseng saja, sudah lama tidak baca novel. Kalimat-kalimatnya indah, cuman ceritanya bagiku sih klise dan rada gombal juga . Mungkin memang bukan masanya , sudah lewatlah usianya.
Meski klise sepertinya masih banyak orang melihat cinta sebagaimana dalam novel tersebut. Cinta yang mengalahkan segalanya, cinta yang menguasai, sehingga ketika cinta tidak berlabuh pada orang yang diinginkannya maka dunia seakan tak bermakna dan tak berwarna. Padahal jelas fiksi amat berbeda dengan kenyataan.
Sebenarnya jika mau menyadari cinta sebelum pernikahan sangat berbeda dengan cinta sesudah pernikahan.
Apa yang menyebabkan perbedaan?
Pada penempatan cinta sesuai dengan yang Allah dan RasulNya kehendaki. Cinta sesudah pernikahan mengundang barakah dan keridhoan Allah, padanya bernilai ibadah. Itulah sebabnya seorang suami bisa dengan setia mengenggam jemari istrinya, menunggui istrinya saat sakit meski baru beberapa waktu saja menikah. Ada banyak cerita mengharukan lainnya dan itu tak akan ada ketika salah meletakkan cinta.
Maka sumber cinta itu adalah Allah dan RasulNya, selanjutnya adalah derivatnya sebagai perwujudan dan pembuktian cinta kepada Allah dan RasulNya.
Maka akan kita dapati cinta itu bukan "mahkluk tunggal", ada banyak cinta yang tumbuh, cinta orangtua, cinta pada pasangan, pada anak, pada saudara ataupun sesama. Masing-masing beda, masing -masing ada tempatnya. Tidak saling mengalahkan, tidak saling meniadakan.
Meski klise sepertinya masih banyak orang melihat cinta sebagaimana dalam novel tersebut. Cinta yang mengalahkan segalanya, cinta yang menguasai, sehingga ketika cinta tidak berlabuh pada orang yang diinginkannya maka dunia seakan tak bermakna dan tak berwarna. Padahal jelas fiksi amat berbeda dengan kenyataan.
Sebenarnya jika mau menyadari cinta sebelum pernikahan sangat berbeda dengan cinta sesudah pernikahan.
Apa yang menyebabkan perbedaan?
Pada penempatan cinta sesuai dengan yang Allah dan RasulNya kehendaki. Cinta sesudah pernikahan mengundang barakah dan keridhoan Allah, padanya bernilai ibadah. Itulah sebabnya seorang suami bisa dengan setia mengenggam jemari istrinya, menunggui istrinya saat sakit meski baru beberapa waktu saja menikah. Ada banyak cerita mengharukan lainnya dan itu tak akan ada ketika salah meletakkan cinta.
Maka sumber cinta itu adalah Allah dan RasulNya, selanjutnya adalah derivatnya sebagai perwujudan dan pembuktian cinta kepada Allah dan RasulNya.
Maka akan kita dapati cinta itu bukan "mahkluk tunggal", ada banyak cinta yang tumbuh, cinta orangtua, cinta pada pasangan, pada anak, pada saudara ataupun sesama. Masing-masing beda, masing -masing ada tempatnya. Tidak saling mengalahkan, tidak saling meniadakan.